POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Pengaruh Rendahnya Minat Baca Dengan Kebiasaan Membaca

Oleh: Hanna

Coba anda perhatikan sejenak, seberapa banyakkah waktu yang anda habiskan untuk membaca per harinya? Mungkin tidak sampai 3 jam sehari. Hal ini menunjukkan realitas akan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Memang membaca buku secara rutin perlu dibiasakan sejak dini, agar kelak dapat terbiasa untuk membaca.
Dalam menindaklanjuti rendahnya minat baca pada masyarakat Indonesia, pemerintah pernah mengajukan Deklarasi Pencanangan Gerakan Membaca Nasional yang ditandangani oleh mantan Menteri Pendidikan Nasional A. Malik Fadjar dan mantan Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno serta Kepala Perpustakaan Nasional Dady P. Rachmananta.
Mengutip hasil survei sebuah koran nasional, bahwa ternyata minat baca pada orang Indonesia amat rendah dibandingkan dengan negara- negara Asia lainnya, karena umumnya masyarakat lebih suka mengonsumsi televisi dan radio, selain lebih cepat, informasi yang juga lebih menarik karena menyajikan informasi secara audio visual pula. Sedangkan India, yang selama ini kita kenal sebagai salah satu negara miskin di dunia, menduduki peringkat satu sebagai negara yang memiliki minat baca yang tinggi.
Hasil jajak pendapat Kompas, menyatakan bahwa 70% responden mempunyai kebiasaan membaca buku minimal seminggu sekali. Jenis buku yang paling diminati oleh mereka adalah buku- buku fiksi, seperti novel dan buku sastra lainnya, dan pada urutan kedua adalah buku agama dan iptek, sedangkan pada urutan ketiga adalah komik. Namun, sebagian besar responden mengaku, tidak pernah berkunjung ke pameran buku atau menjadi anggota perpustakaan. 
Mari kita lihat sejenak pada keadaan di luar negeri, yang murid SMU nya diwajibkan untuk membaca dan kemudian mendiskusikan sekitar 5- 32 judul buku per tahun. Seperti di Malaysia, mereka diharuskan untuk membaca dan mendiskusikan kurang lebih 20 buku dan di Singapura sekitar 25 buku. Sementara itu menurut Buletin Pusat Perbukuan, Depdiknas No. 1 Tahun 2000, di Jepang diberlakukan gerakan 20 Minutes Reading of Mother and Child untuk menanamkan kebiasaan membaca sejak dini Program ini menganjurkan seorang ibu untuk membacakan anaknya sebuah buku yang dipinjam dari perpustakaan umum atau sekolah selama 20 menit sebelum si anak beranjak tidur..
Menurut Ir Abdul Rahman Saleh (Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia), waktu membaca para mahasiswa Indonesia kurang dari satu jam, bandingkan dengan jumlah waktu menonton televisi yang lebih banyak 2 jam. Di Indonesia, pada tiap tahunnya hanya ada 6.000 judul buku yang baru. Bandingkan dengan Malaysia yang bisa mencapai angka 10.000.
Mungkin, minat baca siswa di Indonesia masih kurang, karena kurangnya sarana membaca seperti perpustakaan. Jumlah perpustakaan yang layak pakai di Indonesia, hanya sedikit jumlahnya. Dan di Indonesia hanya ada dua perpustakaan yang tergolong lengkap, besar, dan memenuhi syarat yaitu Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Yayasan Hatta di Yogyakarta. Perpustakaan Yayasan Hatta misalnya, koleksi buku yang ada disana awalnya berjumlah 410.147, namun kini telah menyusut 40% karena buku- buku tersebut ada yang tidak dikembalikan.
Sementara itu, mengutip tulisan Drs. H. Athaillah Baderi, seorang pustakawan di Perpustakaan Nasional RI yang mengatakan bahwa dalam studi yang dilakukan oleh International Association for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 untuk mengukur kemampuan membaca murid-murid Sekolah Dasar Kelas IV pada 30 negara di dunia, menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke 29 setingkat di atas Venezuela yang menempati peringkat terakhir pada urutan ke 30. Mrnyedihkan memang melihat angka- angka yang tertera dari hasil penelitian tersebut.
Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan minat baca, antara lain dengan menetapkan jam wajib baca di tiap keluarga atau membuat perpustakaan sederhana di rumah, hal ini dapat membiasakan anak- anak untuk mulai membaca buku, karena kebiasaan membaca memang sebaiknya dimulai sejak dini. Selain itu ada perlunya juga jika sarana dan prasarana yang menunjang untuk kegiatan membaca misalnya seperti perpustakaan di sekolah- sekolah maupun kampus dibuat senyaman mungkin agar dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dan tidak membosankan untuk membaca. Pemerintah Indonesia bersama LSM peduli kegemaran membaca juga pernah mencanangkan Gerakan Peningkatan Minat Baca (GPMB) sejak 1986. Gerakan ini merupakan usaha penyadaran bagi orang tua tentang pentingnya membaca mulai tingkat RT, RW, desa, hingga tingkat nasional.

Posting Komentar

0 Komentar