Radio, apa yang ada di dalam benak kita ketika kita mendengar kata radio? Ada yang berkata radio adalah sebuah media penyebar informasi yang berupa siaran dengan mengandalkan media audio atau suara. Ada yang mengatakan bahwa radio adalah sebuah media tempat mencari hiburan ketika kita sedang santai dan tidak ingin berpikir berat seusai kita berpenat ria dengan pekerjaan, tugas kuliah, dan lain sebagainya. Ada yang berkata bahwa radio merupakan alat penyebar informasi yang paling baik dan paling efekitf , karena dengan radio masing-masing personal akan menciptakan theatre in mind mereka sendiri.
Dari beberapa pendapat masyarakat diatas terdapat perbedaan tentang dimana posisi radio di tengah-tengah masyarakat itu. Lalu di mana dan bagaimanakah letak radio dalam peta masyarakat sekarang ini? Jikalau berbicara mengenai masalah efektifitas dari penyampaian pesan dan efeknya terhadap masyarakat maka itu sebenarnya tidak bisa dijadikan sebuah ukuran. Karena dalam komunikasi massa dikemukakan bahwa siaran-siaran di radio bukan merupakan proses dari sebuah pengiriman pesan dari seorang komunikator kepada komunikan. Namun lebih mengarah kepada pemberian makna sebuah pesan oleh komunikan. Jadi bisa dikatakan bahwa bagaimana kedudukan radio dalam masyarakat itu bergantung pada bagaimana tiap-tiap personal memaknai radio dalam kehidupan mereka, entah itu sebagai sebuah media hiburan ataukah sebuah media mancari berita.
Lalu bagaimanakah penggunaan salah satu media penyampai informasi yang pernah booming dan memiliki peran penting dalam dunia sekarang ini? Media yang dulu pernah berjasa membantu pemuda-pemuda kita dalam merebut dan mempertahan kemerdekaan ini sangatlah penting dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat yang minim sekali alat penyampai informasi kala itu. Dengan radio pula kita dapat mengetahui bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu sehingga kita mampu mendeklarasikan kemerdekaan kita. Dahulu Radio juga menjadi salah satu alat untuk mengontrol pemerintah dan sebagai alat pengobar semangat bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk tetap berjuang.
Namun, sekarang ini radio agak meredup "kesaktiannya". Radio sudah dianggap kuno dan kalah dengan media-media lainnya. Radio sudah tidak terlalu populer. Alih-alih mendengarkan siaran radio orang zaman sekarang lebih suka melihat televisi atau membaca koran. Bahkan keberadaan internet seolah-olah menambah satyu "musuh" lagi bagi radio.
Seharusnya radio bisa dimanfaatkan lebih optimal lagi. Bagaimanapun juga radio pernah berjasa dalam dunia informasi. Atau mungkin ada pembagian segmen sehingga para pendengar tidak lari beralih kepada media yang lain.
Setelah membahas bagaimanakah hakikat, posisi, dan radio konvesional secara umum, akan dibahas sebuah radio yang pada awal kemunculannya sempat dianggap sebagai radio atau "suara dari antah berantah", radio mahasiswa. Radio yang semenjak berakhirnya masa orde baru mulai ramai bergema dan memadati frekuensi-frekuensi radio, contohnya FIESTA FM milik FISIP UNS Surakarta, FAPMA UMS, Rasida FM UIN Kalijaga Jogja, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1998 banyak yang menyambut gembira dengan lahirnya radio-radio mahasiswa ini. Banyak mereka yang membuka tangan untuk radio-radio ini karena: satu, dengan lahirnya radio mahasiswa, semakin mengukuhkan terbukanya frekuensi ruang publik. Dua, mempercepat pemulihan reputasi buruk radio yang dahulu digunakan sebagai propaganda politik.
Selain dua hal diatas terdapat keuntungan-keuntungan lain yang diraih oleh banyak pihak. Disamping sebagai alat promosi kampus, radio mahasiswa juga berperan sebagai tempat yang pas untuk pengkaderan mahasiswa di bidang broadcasting untuk menjadi aktivis media profesional.
Yavis Nuruzzaman
Ilmu Komunikasi
FISIP UNS
Lalu bagaimanakah penggunaan salah satu media penyampai informasi yang pernah booming dan memiliki peran penting dalam dunia sekarang ini? Media yang dulu pernah berjasa membantu pemuda-pemuda kita dalam merebut dan mempertahan kemerdekaan ini sangatlah penting dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat yang minim sekali alat penyampai informasi kala itu. Dengan radio pula kita dapat mengetahui bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu sehingga kita mampu mendeklarasikan kemerdekaan kita. Dahulu Radio juga menjadi salah satu alat untuk mengontrol pemerintah dan sebagai alat pengobar semangat bagi pemuda-pemuda Indonesia untuk tetap berjuang.
Namun, sekarang ini radio agak meredup "kesaktiannya". Radio sudah dianggap kuno dan kalah dengan media-media lainnya. Radio sudah tidak terlalu populer. Alih-alih mendengarkan siaran radio orang zaman sekarang lebih suka melihat televisi atau membaca koran. Bahkan keberadaan internet seolah-olah menambah satyu "musuh" lagi bagi radio.
Seharusnya radio bisa dimanfaatkan lebih optimal lagi. Bagaimanapun juga radio pernah berjasa dalam dunia informasi. Atau mungkin ada pembagian segmen sehingga para pendengar tidak lari beralih kepada media yang lain.
Setelah membahas bagaimanakah hakikat, posisi, dan radio konvesional secara umum, akan dibahas sebuah radio yang pada awal kemunculannya sempat dianggap sebagai radio atau "suara dari antah berantah", radio mahasiswa. Radio yang semenjak berakhirnya masa orde baru mulai ramai bergema dan memadati frekuensi-frekuensi radio, contohnya FIESTA FM milik FISIP UNS Surakarta, FAPMA UMS, Rasida FM UIN Kalijaga Jogja, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1998 banyak yang menyambut gembira dengan lahirnya radio-radio mahasiswa ini. Banyak mereka yang membuka tangan untuk radio-radio ini karena: satu, dengan lahirnya radio mahasiswa, semakin mengukuhkan terbukanya frekuensi ruang publik. Dua, mempercepat pemulihan reputasi buruk radio yang dahulu digunakan sebagai propaganda politik.
Selain dua hal diatas terdapat keuntungan-keuntungan lain yang diraih oleh banyak pihak. Disamping sebagai alat promosi kampus, radio mahasiswa juga berperan sebagai tempat yang pas untuk pengkaderan mahasiswa di bidang broadcasting untuk menjadi aktivis media profesional.
Yavis Nuruzzaman
Ilmu Komunikasi
FISIP UNS
foto: dari sini
0 Komentar