yavis nuruzaman
"Karena harga lebih murah dan dagingnya lebih tebal, pembeli lebih memilih kelengkeng dari Bangkok," Kata salah satu penjual buah, Maemunah (48) yang ditemui di Pasar Bandungan, Jum'at.
Untuk harga buah lokal perkilogramnya Rp20.000 ukuran besar, sedangkan untuk ukuran kecil Rp15.000. Sedangkan buah impor yang memiliki daging lebih tebal dan lebih besar perkilogramnya hanya Rp10.000, katanya.
Tampilan buah impor yang berwarna coklat kekuning-kuningan dan lebih cerah menjadi alasan pembeli lebih tertarik membelinya dari pada buah lokal yang berwarna coklat tua, tambahnya.
Hal serupa juga diungkapkan penjual buah lain, Maryanti (57). Dia mengatakan lebih memilih menjual buah impor karena lebih banyak dicari pembeli.
"Meskipun musim kelengkeng lokal, tapi saya tetap lebih memilih berjualan buah impor karena lebih laris," katanya.
Suyati (61) salah seorang penjual kelengkeng lain juga mengatakan hal senada. "Kalau saya menjual buah impor dan buah lokal juga, tapi pembeli lebih memilih buah impor."
Untuk buah impor sendiri sehari kalau ramai bisa terjual sampai 15 atau 20 kilogram, sedangkan
buah lokal tidak sampai 10 kilogram per hari, katanya.
Salah seorang pengunjung, Indri (35) mengaku lebih memilih membeli kelengkeng impor karena harganya lebih murah, daging lebih tebal, dan tampilan yang lebih menarik.
"Mungkin perlu dilakukan pembudidayaan oleh pemerintah agar kelengkeng lokal bisa mengalahkan kualitas kelengkeng impor dengan harga yang lebih murah, tambah Indri.
0 Komentar