oleh: Galuh
Siang tadi aku bertemu Om Agus, terlihat kelelahan di raut wajahnya, begitu kusam dan tak terurus, terlihat sangat tua, bahkan untuk pria di usianya. Keadaan hidupnya semakin berantakan saja setelah berpisah dari tanteku.
Sore ini tante dari keluarga ayahku juga mengunjungi rumah, berkeluh kesah kepada ibuku. Menceritakan kesedihannya karena mertua yang tak terlalu menyukainya dan tentu berakibat pada kehidupan rumah tangganya.
Dan baru saja, aku mendengar teriakan anak tetangga yang rumahnya berhadapan denganku. Suaranya begitu lantang dan tak berperasaan. Mendengarkannya saja aku ikut kesal. Bagaimana mungkin anak kelas 4 SD itu berani mengusir neneknya sendiri dari rumah.
Keegoisan yang berakhir menjadi perceraian, mertua yang tidak menyukai menantunya, anak yang tidak dididik dengan baik oleh orang tuanya, ah. Terlalu memilukan melihat keluarga-keluarga ini harus merasakan sakit di rumah mereka sendiri, tempat yang seharusnya memberi mereka ketentraman dan kehangatan malah berubah menjadi neraka, membuat hidup menjadi semakin berat.
Aku bersyukur rumah ini tidak diisi oleh amarah-amarah yang bisa jadi boomerang, aku bersyukur rumah ini tidak diisi dengan semua kata kasar yang begitu menyakitkan.
Ayah.
Dia menunjukkan pada kami anak-anaknya untuk menghormati yang lebih tua dan selalu melindungi siapapun yang lemah. Ayah mengajarkan bahwa keluarga adalah tempat kami bisa berbagi apapun itu, bisa memeluk seerat apapun itu, dan bisa mengungkapkan perasaa tanpa harus ada yang kami tutup-tutupi.
Ibu.
Dia wanita paling hebat di dunia. Beliau mendidik kami dengan kasih sayang, ketulusan, hati yang besar, dan senyuman yang dapat meluluhkan hati kami.
Adik.
Dia saudara yang menunjukkan dengan benar bagaimana seharusnya seorang laki-laki memperlakukan perempuan, dia lucu, menghibur, dan selalu menjadi pribadi yang menyenangkan.
Eyang.
Beliau adalah nenek paling kuat di dunia, beliau masih terlihat segar di usianya yang sudah masuk kepala delapan ini. Beliau bukan nenek bawel yang hobi mengomel dan menggomentari semua hal, dia adalah sahabat untuk cucu-cucunya.
Aku harus lebih banyak bersyukur telah dilahirkan di tengah keluarga sempurna ini. Ayah, Ibu, Adik, dan Eyang. Terimakasih untuk cinta yang selalu menghangatkan, tidak ada tempat yang lebih baik. Terimakasih telah memberikanku perasaan nyaman, terimakasih tidak membiarkanku hidup di dalam suasana tegang yang sangat tidak mengenakkan. terimakasih untuk cinta dan kehangatan kalian.
Disinilah ada begitu banyak cinta yang begitu hangat, di rumah kotak warna kuning di jalan kutai barat 4 ..
0 Comments: