Solo
- “Basic
Emergency” menjadi tema dalam workshop yang digelar oleh Perhimpunan Mahasiswa
Pencinta Alam (PMPA) Vagus, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS)
Solo pada sabtu, (28/9) lalu di lantai empat gedung LPP LPPM UNS. Melalui
workshop ini, peserta diharapkan mengetahui dan lebih meningkat lagi
pemahamannya mengenai cara-cara penanganan kegawatdaruratan melalui
tindakan-tindakan yang tepat ketika menolong korban.
Workshop “Basic Emergency” ini bertujuan untuk memberi ilmu sekaligus pelatihan dalam menangani kasus kegawatdaruratan. Materi yang disampaikan dalam workshop ini yaitu “Basic Life Support, serta “Evakuasi dan Triage” oleh dr. Eko Setijanto, Sp.An. Dalam kesempatan ini dijelaskan mengenai triase , yaitu proses memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan). Tujuan dari ini adalah dapat menangani korban/ pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.START (Simple Triage and Rapid Treatment) merupakan metode yang juga dijelaskan, ini merupakan sistem yang dilakukan penolong dalam 60 detik atau kurang untuk menolong tiap pasien serta mencakup pemeriksaan pernafasan, sirkulasi(dengan menekan kuku tangan penderita), dan mental status (memberikan perintah sederhana kepada penderita). Saat ditemui VISI (28/9) , dr. Eko Setijanto, Sp.An., mengungkapkan, “ peserta ini kemungkinan bisa menjadi penolong tetapi juga bisa menjadi korban oleh karena itu didalam tim yang akan pergi kesuatu tempat, mendaki gunung, perjalanan jauh, maka diharapkan semua anggota bisa saling menolong, ini dipakai untuk mereka yang awam “bukan orang medis”. Diharapkan masyarakat awam pun harus bisa apalagi sebagai mahasiswa, yang merupakan kalangan terdidik serta untuk para pencinta alam lainnya yang berpotensi juga mengalami resiko, tambahnya.Melalui workshop seperti ini pula, Perhimpunan Mahasisiwa Pencinta Alam (PMPA) Vagus Fakultas Kedokteran UNS sekaligus bisa saling sharing kepada mahasiswa umum lainnya, dan terutama pada teman-teman pencinta alam lainnya, serta masyarakat awam pada khususnya. Seperti yang diungkapkan oleh Rizqa F. Putri (20) selaku ketua panitia, “semoga pengetahuan masyarakat terhadap kegawatdaruratan dan cara-cara penanganan korban lebih meningkat lagi sehingga kalau ada apa-apa kita bisa melakukan pertolongan semaksimal mungkin dan ketika tidak punya ilmunya kalau mau menolong pun malah mungkin menambah parah, namun ketika memiliki ilmunya, kita mampu menolong dengan semaksimal mungkin, pahala dapet, senang pun juga”.Penyampaian workshop ini pun juga dengan menggunakan bahasa-bahasa yang awam atau dengan kata lain mudah dipahami, baik bagi kita yang bukan dari kalangan medis atau berlatanr belakang medis. Peserta workshop sendiri diikuti oleh seluruh mahasiswa baru fakultas kedokteran UNS, serta juga ada yang berasal dari siswa SMK yaitu dari SMK 1 Pancasila Wonogiri. Wangsit dan Fajar ditunjuk untuk permakilan sekolahnya tersebut untuk mengikuti workshop ini, menurut mereka ini sekaligus menjadi dasar untuk mengikuti PMR. Sedangkan Menurut I Wayan Rendi Awendika (18) yang merupakan mahasiswa semester pertama fakultas kedokteran bahwa acara ini menarik serta ilmu tentang pertolongan pertama tadi bisa diterapkan saat kejadian yang tidak terduga. (Prita)
Workshop “Basic Emergency” ini bertujuan untuk memberi ilmu sekaligus pelatihan dalam menangani kasus kegawatdaruratan. Materi yang disampaikan dalam workshop ini yaitu “Basic Life Support, serta “Evakuasi dan Triage” oleh dr. Eko Setijanto, Sp.An. Dalam kesempatan ini dijelaskan mengenai triase , yaitu proses memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan). Tujuan dari ini adalah dapat menangani korban/ pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.START (Simple Triage and Rapid Treatment) merupakan metode yang juga dijelaskan, ini merupakan sistem yang dilakukan penolong dalam 60 detik atau kurang untuk menolong tiap pasien serta mencakup pemeriksaan pernafasan, sirkulasi(dengan menekan kuku tangan penderita), dan mental status (memberikan perintah sederhana kepada penderita). Saat ditemui VISI (28/9) , dr. Eko Setijanto, Sp.An., mengungkapkan, “ peserta ini kemungkinan bisa menjadi penolong tetapi juga bisa menjadi korban oleh karena itu didalam tim yang akan pergi kesuatu tempat, mendaki gunung, perjalanan jauh, maka diharapkan semua anggota bisa saling menolong, ini dipakai untuk mereka yang awam “bukan orang medis”. Diharapkan masyarakat awam pun harus bisa apalagi sebagai mahasiswa, yang merupakan kalangan terdidik serta untuk para pencinta alam lainnya yang berpotensi juga mengalami resiko, tambahnya.Melalui workshop seperti ini pula, Perhimpunan Mahasisiwa Pencinta Alam (PMPA) Vagus Fakultas Kedokteran UNS sekaligus bisa saling sharing kepada mahasiswa umum lainnya, dan terutama pada teman-teman pencinta alam lainnya, serta masyarakat awam pada khususnya. Seperti yang diungkapkan oleh Rizqa F. Putri (20) selaku ketua panitia, “semoga pengetahuan masyarakat terhadap kegawatdaruratan dan cara-cara penanganan korban lebih meningkat lagi sehingga kalau ada apa-apa kita bisa melakukan pertolongan semaksimal mungkin dan ketika tidak punya ilmunya kalau mau menolong pun malah mungkin menambah parah, namun ketika memiliki ilmunya, kita mampu menolong dengan semaksimal mungkin, pahala dapet, senang pun juga”.Penyampaian workshop ini pun juga dengan menggunakan bahasa-bahasa yang awam atau dengan kata lain mudah dipahami, baik bagi kita yang bukan dari kalangan medis atau berlatanr belakang medis. Peserta workshop sendiri diikuti oleh seluruh mahasiswa baru fakultas kedokteran UNS, serta juga ada yang berasal dari siswa SMK yaitu dari SMK 1 Pancasila Wonogiri. Wangsit dan Fajar ditunjuk untuk permakilan sekolahnya tersebut untuk mengikuti workshop ini, menurut mereka ini sekaligus menjadi dasar untuk mengikuti PMR. Sedangkan Menurut I Wayan Rendi Awendika (18) yang merupakan mahasiswa semester pertama fakultas kedokteran bahwa acara ini menarik serta ilmu tentang pertolongan pertama tadi bisa diterapkan saat kejadian yang tidak terduga. (Prita)
0 Komentar