POSTINGAN TERKINI

6/recent/LPM VISI

Sinetron Remaja Indonesia Berdampak Buruk

Oleh    : Munadhifah

Budaya tradisional di era modern seperti sekarang sudah menjadi tontonan yang langka. Di manapun tempatnya di belahan dunia ini, dimana masyarakatnya sudah modern, akan banyak dijumpai orang-orang yang berpenampilan layaknya orang modern. Tidak sedikit juga dari mereka yang berpenampilan dan bertingkahlaku seperti actor dan aktris dalam tayangan film dan televisi. Hal demikian sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat.

Budaya tradisional kini digantikan oleh budaya popular, yang terutama menjaring anak-anak remaja. Anak usia belasan tahun dari mulai SMP sampai dengan SMA adalah massa yang paling cepat ditarik oleh budaya populer. Apalagi mulai dari tahun 2000-an banyak tayangan televisi dan film yang segmen audience-nya para remaja. Menjamurnya sinetron remaja, film remaja dan program-program tayangan untuk remaja dinilai mempengaruhi pesatnya perkembangan budaya populer.
Namun dengan semakin berkembangnya budaya populer ini, dapat menyebabkan berbagai permasalahan baik dikalangan remaja atau masyarakat pada umumnya. Budaya tradisional yang dimiliki suatu bangsa lama-lama kelamaan mulai luntur. Bukan hanya itu, banyak perilaku dan gaya pacaran remaja yang semakin tidak karuan dengan adanya perkembangan budaya populer. Lihat saja remaja di Indonesia yang pada masa ini hampir sebagian besar acuh terhadap budaya tradisional. Selain itu perubahan-perubahan tingkah laku remaja di Indonesia saat ini telah jauh melampaui batas-batas normal.
Saat menginjak remaja, remaja akan memiliki beberapa minat rekreasi salah satunya adalah menonton film dan televisi yang mereka gemari dan sesuai dengan usia mereka. Jika melihat beberapa sinetron dan film remaja yang ditayangkan pada masa ini, kita akan melihat bagaimana tayangan tersebut telah memperlihatkan gaya hidup para remaja yang ada dalam cerita. Kebanyakan tokoh yang ada dalam sinetron dan film digambarkan sebagai remaja yang sangat modern dan selalu mengikuti perkembangan jaman. Remaja-remaja dalam tayangan televise dan film diperlihatkan memiliki gaya dan perilaku yang mencerminkan budaya populer. Dari gaya berpakaian, berbicara, berperilaku dan sering digambarkan memiliki budaya konsumerisme
Dalam tayangan televisi atau film, remaja kita akan senantiasa disuguhi aktor dan aktris yang berpenampilan sesuai trend yang sedang ada. Dari model busana dan model rambut, semuanya mengikuti gaya yang sedang heboh dibicarakan oleh kaum remaja. Bukan hanya penampilan berbusana saja namun juga teknologi yang mereka gunakan. Semuanya merupakan teknologi yang canggih. Barang-barang mewah seperti handphone (smart phone), Ipad, hingga mobil juga tidak jarang di munculkan dalam tayangan bersegment remaja. Hal tersebut menunjukkan bagaimana budaya konsumerisme sangat ditunjukkan oleh remaja-remaja dalam tayangan televisi dan film.
Banyak dalam sinetron-sinetron remaja yang menampilkan tokoh-tokoh yang bergaya hidup konsumerisme. Seperti penggunaan BlackBarry sebagai alat komunikasi sehari-hari, berbelanja di tempat mahal, makan di cave elit, dan budaya pesta modern, dan gaya bersolek..
Selain menyajikan budaya konsumerisme, tayangan televise dan film juga menyajikan bahasa-bahasa modern yang kini digunakan oleh remaja. Bahasa remaja saat ini biasa disebut dengan bahasa ‘gaul’ atau bahasa ‘alay’. Banyak tayangan sinetron dan film remaja yang menggunakan bahasa gaul seperti lho gua, Kamseupay, serius yang diubah menjadi ciyussh dan masih banyak lainnya lagi yang kemungkinan akan tidak mudah dimengerti oleh orang dewasa. Gaya bahasa yang seperti demikian akan mempengaruhi gaya bahasa yang dipakai oleh remaja-remaja dalam dunia nyata.
Dapat dilihat dengan jelas bahwa kebanyakan sinetron televisi dan film remaja di Indonesia mengisahkan tentang kisah cinta remaja. Dimana di dalamnya dibumbui dengan gaya pacaran remaja saat ini. tersebut dapat mempengaruhi pemikiran remaja yang intensif menontonnya. Pemikiran yang dimaksud adalah mengenai gaya pacaran. Ambil contoh satu sinetron remaja yang pernah ditayangkan oleh RCTI yaitu Hanya Kamu. Sinetron tersebut diperankan oleh personil boyband cilik Coboy Junior yang rata-rata masih duduk dibangku SMP. Tokoh yang diperankanpun juga sebagai anak-anak SMP yang sibuk dengan urusan kencan dan pacaran. Jika tayangan seperti ini intensif di tonton oleh para remaja, maka akan muncul pemikiran bahwa pacaran itu hal yang wajar bagi para remaja.
Selain sinetron juga banyak film Indonesia yang mengekspose kehidupan remaja yang penuh dengan drama percintaan.Beberapa contohnya adalah Catatan Akhir Sekolah, Hearth 2 Hearth, Ada Apa Dengan Cinta, Virgin yang semuanya mengisahkan tentang remaja yang bergelut dengan dunia percintaan.
Dalam film-film tersebut, gaya pacaran tidak lagi hanya mengekspose pendekatan fisik seperti pegangan tangan, cium pipi atau dahi, dan berpelukan Namun juga ditampilkan gaya pacaran seperti frenchy kiss yang umumnya dilakukan dalam masa dewasa atau setelah menikah. Dari film-film seperti inilah remaja banyak meniru gaya pacaran di era modern ini.
Pada masa remaja, minat seks pada remaja akan meningkat. Karena peningkatan itulah remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Diantaranya dengan membaca buku, bertanya, dan cara yang sering dilakukan adalah dengan menonton tayangan-tayangan televise ataupun film yang berbau seks. Ketika remaja-remaja secara seksual sudah matang, laki-laki maupun perempuan mulai mengembangkan sikap yang baru pada lawan jenisnya.
Hal demikian juga dapat dipengaruhi oleh tayangan televisi dan film remaja yang mengisahkan tentang cinta yang sering mereka tonton. Tidak dapat dipungkiri bahwa tayangan-tayangan tersebut sangat mempengaruhi pola dan perilaku dalam gaya beracaran remaja. Banyak tayangan televisi dan film yang memperlihatkan remaja yang sering gonta-ganti pacar. Hal demikian kini dapat dilihat pengaruhnya didunia nyata. Banyak remaja yang bukan hanya gonta-ganti pacar dengan berpisah lalu pacaran dengan yang lainnya, namun juga memiliki banyak pacar dalam satu waktu.

Posting Komentar

0 Komentar