Oleh: Ilham Fariq Maulana
Media adalah
alat paling penting dalam modernisasi dan penyebaran ideologi. Sehingga
masyarakat menjadi ketergantungan dengan isi media. Ekspansi media yang telah
mengglobal membawa informasi dan kultur baru. Distribusi global tersebut
diikuti ekspansi kapitalisme atas aktivitas produksi dalam skala global
(Widyawati, 2005).
Imperialisme
media besar tidak hanya membawa gaya baru bisnis di kalangan media global.
Namun, juga menghasilkan suatu pengaruh tidak langsung kepada masyarakat secara
kultural yang bersifat luas. Ekspansi internasional dari aktivitas informasi
ini dari merupakan proses dari transnasionalisasi dan transinformasi. Proses
tersebut memunculkan sejumlah isu tentang dominasi budaya dan subordinasi,
kontrol terhadap komunikasi, produk budaya dan distribusinya, akses terhadap
ekonomi politik. Proses transnasionalisasi dan transinformasi ini menghasilkan
arus informasi yang searah. (Widyawati, 2005). Proses informasi yang searah
inilah yang disebut dengan imperialisme media. (Reeves, 1993)
Budaya baru
muncul seiring media besar internasional atau nasional ekspansif ke sejumlah
media lokal. Proses pertukaran kultur dan informasi tidak bisa dialihkan dalam
fenomena ini. Budaya baru yang hadir itu menjadi ideologi bagi mereka yang
terpapar oleh proses pertukaran tersebut. Imperialisme media yang bersifat
searah menghadirkan pemikiran yang subyektif dari masyarakat akan isi media.
Sehingga hal ini dapat melukai norma dan nilai di masyarakat sendiri. Bahkan
imperialisme media menghadirkan suatu anggapan bahwa, media tidak lagi
independen karena ‘politisasi’ media yang dilakukan oleh pemilik media besar.
Dengan kekuatan
modal besar untuk berinvestasi pada teknologi komunikasi, pengusaha media
ibukota yang notabene telah besar akan melibas pengusaha media kota-kota lain
yang kemungkinan memiliki modal lebih kecil. Dengan demikian, semua kegiatan
yang ada dalam sebuah negara, akan diliput oleh orang-orang yang sama (Dewi,
2007).
Singkatnya
imperialisasi media oleh media besar terlahir oleh adanya kapitalisme media.
Pemilik media menjadi pelaku besar di dalamnya. Adanya monopoli bisnis media
secara tidak langsung mampu memunculkan ‘politik’ di dalam media. Dampaknya
tidak hanya dirasakan institusi media sendiri juga ke kultur masyarakat.
0 Komentar