Oleh : Waskito
Korupsi, kolusi dan
nepotisme adalah “penyakit” yang selalu diderita oleh para pemimpin di negeri
ini. Penyakit ini sering kambuh ketika mereka memperoleh jabatan pemimpin. Karena
jalan yang mereka tempuh untuk memperoleh jabatan tersebut selalu diiringi
dengan perilaku suap. Jalan alternatif yang selalu meng-instan-kan cara untuk
memperoleh keinginan dengan pengorbanan kejujuran seseorang. Selalu saja
keadaan mengalahkan niat baik seseorang untuk tetap jujur dalam setiap
pekerjaannya.
Pemimpin itu bukan dicari dari keinginan
seseorang memimpin, tapi dicari dari seberapa banyak orang lain mempercayai
kemampuannya. Kemampuannya untuk menciptakan sistem pemerintahan yang baik. Sehingga
jabatan itu menjadi sebagai kebutuhan
rakyat bukan keinginan pribadi.
Namun tak banyak orang di negeri ini yang
rela untuk berkorban demi kepentingan rakyat banyak. Setiap mereka ingin
dihargai sebagai layaknya seorang raja yang selalu dituruti keinginannya. Hal ini
yang membuat Indonesia krisis pemimpin. Karena pemimpin bekerja untuk
keinginannya, bukan untuk kebutuhan masyarakatnya.
Sedangkan dari masyarakatnya, banyak yang
mengerti dan paham bagaimana jabatan pemimpin itu bisa dijual dan dibeli. Dan
sudah banyak juga yang menuntut perubahan, perubahan pemimpin maupun sistem
yang diciptakannya. Berdemo langsung dan menyuarakan aspirasinya melalui media
massa adalah segelintir upaya yang biasa dilakukan rakyat untuk menuntut
keadilan. Akan tetapi penuntutan tersebut tak diiringi dengan kesadaran untuk
meninggalkan budaya yang ditinggalkan “orang-orang jahat” jaman dulu. Seolah-olah
mereka membenarkan apa yang ia tuntut untu terus terjadi sembari ia menuntut
ketidak adilan. Entah kenapa, kadang terlintas pemikiran untuk orang-orang
tersebut, bahwa mereka menuntut mereka yang sedang memimpin agar turun dari
jabatannya sehingga bisa mereka ganti jabatannya dan mereka bisa kebagian kesempatan
juga untuk berbuat yang sama.
0 Comments: