Oleh:
Hapsari Retno Widanti
Hubungan antara Indonesia dengan Australia memanas
akhir-akhir ini. Penyadapan pembicaraan Presiden Republik Indonesia, Susilo
Bambang Yudhoyono yang dilakukan oleh Australia menjadi puncak panasnya
hubungan bilateral kedua negara tersebut. Tidak hanya penyadapan pembicaraan
presiden SBY di telepon, Australia juga dituding menyadap pembicaraan
orang-orang penting Istana Negara tak terkecuali Ibu Negara Ani Yudhoyono. Sudah
terbilang banyak peristiwa yang mencederai hubungan bilateral kedua negara ini.
Sudah terbilang pula cara untuk mendinginkan hubungan antara Indonesia dengan
Australia.
Hubungan antara Indonesia dengan Australia sebenarnya cukup
dekat. Bahkan terhitung presiden SBY sudah tiga kali mengunjungi negara kanguru
tersebut yakni pada tahun 2005, 2007, dan tahun 2010. Namun peristiwa
penyadapan pembicaraan di telepon dan penolakan Perdana Menteri Australia, Tony
Abbott untuk meminta maaf pada Indonesia atas peristiwa tersebut bisa jadi akan
mengakhiri hubungan istimewa Indonesia-Australia ini.
Kekecewaan pemerintah Indonesia terhadap Australia
sebenarnya sudah sering terjadi. Banyak kasus yang membuat hubungan negara beda
benua ini seperti orang yang memadu kasih namun sering bertengkar.Dilansir Tempo,berikut beberapa kasus panas-dingin
yang melibatkan kedua negara ini.
1.Rudal
Australia
Pemerintah Indonesia pada Agustus 2004 dibuat kecewa oleh
Australia. Gara-garanya. Australia mengumumkan keputusannya membeli rudal udara
ke permukaan, air to surface, senilai US$ 319. Rudal tadi dipasang pada pesawat
tempur FA-18 Hornet dan pesawat patrol maritime AP-3C Orion.Rudal yang punya
jangkauan tembak 400 kilometer itu mulai dipasang pada 2007-2009. Di saat
bersamaan,dilakukan jajak pendapat yang hasilnya menyebutkan mayoritas warga
Australia menganggap Indonesia sebagai ancaman terbesar. Indonesia pun berang. Juru
bicara Departemen Luar Negeri,Marty Natalegawa waktu itu sampai harus
mempertanyakan kemana rudal-rudal itu akan diarahkan. Keberadaan rudal itu
dinilai memudahkan Australia menyerang kedaulatan Indonesia.
Pada September 2004, terjadi peristiwa bom di Kedutaan Besar
Australia di Indonesia. Hubungan Indonesia-Australia pun kembai membaik. Pemerintah
Australia waktu itu mempunyai kepentingan membantu mengungkap dalang peledakan
bom.
2.Kunjungan
Pertama SBY
Presiden SBY pergi ke Australia pada 4 April 2005. Ini
merupakan kunjungan pertamanya sejak dilantik sebagai Presiden pada 2004. Kunjungan
ini sempat tertunda karena gempa Nias. SBY pun akhirnya bertemu pemerintahan
Australia. Kedua pimpinan negara sepakat, diantaranya mengenai pakta nonagresi
dan tak menggunakan kekuatan militer atau secara damai dalam menyelesaikan
setiap perselisihan. Pertemuan ini semakin memperbaiki hubungan
Indonesia-Australia kala itu.
3.Kasus
Schapelle Leigh Corby
Kasus penyelundupan mariyuana oleh warga negara Australia,
Corby, kembali memanaskan hubungan Indonesia-Australia setelah kedatangan
Presiden SBY ke Australia.Pada 28 Mei 2005, pemerintah Indonesia dikecam karena
pengadilan Indonesia memvonis Corby dengan 20 tahun penjara. KBRI dan Konjen
Indonesia di Australia sampai mendapatkan terror. Puncaknya ketika KBRI di
Canberra mendapatkan kiriman berisi bakteri berbahaya yang diduga antraks. Ancaman
kali ini ditanggapi lebih serius dengan mengisolasi seluruh staf. Australia pun
mendekati Indonesia untuk membatalkan hukuman Corby. Pada Juni 2005, delapan
anggota parlemen Australia menemui Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda. Beberapa
bulan kemudian, Oktober 2005, Pengadilan Tinggi Denpasar mengurangi HUKUMAN
Corby menjadi 15 tahun penjara.
Lima tahun kemudian, tepatnya 18 Desember 2010, kasus Corby
kembali dimainkan oleh Australia. Pemerintah federal Australia mengeluarkan
putusan yang merugikan Indonesia. Dalam putusannya, Australia memerintahkan Menteri
Kehakiman Australia menunda penyerahan buron Adrian Kiki Iriawan serta asetnya
untuk batas waktu yang tidak ditentukan. Adrian terlibat BLBI Bank Surya yang
merugikan negara Rp 1,9 triliun.
4.Presiden
SBY Datang Ke Australia Lagi
Ini adalah kunjungan yang tak biasa.Kunjungan pada 8 Maret
2010 itu berbeda lantaran Presiden SBY diundang untuk berpidato di hadapan
parlemen Australia. Hanya ada dua pemimpin negara yang pernah pidato di hadapan
parlemen Australia. Keduanya adalah Presiden Amerika Serikat, George W. Bush
dan pemimpin Cina,Hu Juntao.
5.Penyadapan
Hubungan Indonesia-Australia kembali memanas. Awalnya pada
19 November 2013, harian ABC dan Guardian Autralia memuat dokumen yang menyebut
intelijen Australia menyadap telepon milik Presiden SBY dan Sembilan orang
lainnya termasuk Ani Yudhoyono. Penyadapan berlangsung selama 15 hari pada
Agustus 2009. Perdana Menteri Australia Tony Abbott sendiri hanya menganggapnya
sebagai hal biasa. Namun penyadapan ini ditanggapi serius oleh presiden SBY, karena
dinilai mencederai kemitraan strategis dengan Indonesia.
Melihat
bahasa di atas, hubungan Indonesia-Australia dapat dikatakan ibarat love hate relationship dalam sebuah
hubungan percintaan dua anak manusia. Sebentar akur, namun tak lama berselang
kembali bertengkar. Sebenarnya, Indonesia dan Australia juga membangun
kerjasama yang saling menguntungkan kedua negara satu sama lain, salah satunya
menyangkut tindak lanjut terhadap pencari suaka dan penanganan kasus penyelundupan manusia yang
kerap terjadi di perbatasan kedua negara. Adapun Indonesia saat ini akan
mengehentikan beberapa kerjasama dengan Australia untuk ditinjau ulang. Kerjasama
akan dilanjutkan kembali setelah Indonesia memiliki kepercayaan dan protokol
serta kode etik yang benar-benar dijalankan.Jalan keluar terhadap hubungan
“percintaan” kedua negara ini adalah hanya harus saling menghormati satu sama
lain guna mewujudkan harmonisasi kerjasama dan hubungan bilateral yang telah
lama dibangun.
0 Comments: