Judul : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis : Hanum Salsabiela Rais, Rangga
Almahendra
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan ke-2, November 2013
Buku 99 Cahaya
di Langit Eropa merupakan sebuah novel Islami yang ditulis oleh Hanum
Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra. Buku ini berisi tentang
perjalanan spiritual Hanum dan Rangga selama berada di Eropa. Beberapa kota di
Benua Eropa telah mereka kunjungi, diantaranya Vienna, Paris, Cordoba, Granada,
dan Istanbul.
Dalam buku ini diceritakan betapa indahnya Benua Eropa. Namun,
keindahan itu tidak sekedar Menara Eiffel Paris, Stadion Sepakbola San Siro,
maupun Colleseum. Ternyata terdapat banyak keindahan Islam di Eropa. Mereka
menemukan bahwa Islam pernah berjaya di tanah itu, bahwa Islam pernah menjadi
bagian dari perkembangan peradaban di Eropa. Melalui buku ini, penulis ingin
menceritakan beberapa tempat di Eropa yang menyimpan banyak sejarah mengenai
perkembangan Islam di Eropa.
Hanum
Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra merupakan pemuda-pemudi asal Indonesia
yang tinggal di Vienna, Austria. Rangga (suami Hanum) melanjutkan studi
doktoralnya di Eropa bersama Hanum. Sebagai Muslim, di mana di Eropa merupakan
kaum minoritas, keduanya merasa tertekan setiap kali akan menjalankan
kewajibannya sebagai kaum Muslim.
Hanum yang
tidak memiliki pekerjaan, mengisi waktu luangnya dengan berkeliling Vienna.
Suatu hari Hanum bertemu dengan Fatma Pasha, seorang Turki yang telah lama
tingga di Vienna. Pertemuan dengan Fatma Pasha merupakan awal dari
perjalanannya mengelilingi Eropa, untuk mengetahui kebesaran Tuhan di Benua
Biru itu.
Fatma yang
merupakan teman sekelas Hanum ketika Kursus Bahasa Jerman, selalu mengajak
Hanum untuk mengelilingi kota Vienna, dan mengenalkan sejarah-sejarah Islam
kepada Hanum. Suatu hari setelah selesai kursus Bahasa Jerman, Fatma mengajak
Hanum ke Kahlenberg. Kahlenberg merupakan sebuah bukit yang merupakan bagian
kecil dari gugusan Alpen. Dari Kahlenberg, mereka bisa melihat keseluruhan kota
Vienna, dari ujung ke ujung. Dan dari Kahlenberg pula, Hanum bisa mendengar
suara adzan yang berasal dari Vienna Islamic Center, yang letaknya jauh di
bawah Kahlenberg.Selain ke Kahlenberg, Fatma juga mengajak Hanum untuk
mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan perkembangan Islam di Eropa
pada masa lalu.
Perjalanan
Hanum berlanjut ketika ia bersama Rangga mengunjungi Paris, Perancis.Rangga
akan mengikuti acara konferensi tentang penelitiannya. Sesampainya di Paris,
Hanum berkenalan dengan Marion Latimer, seorang mualaf asli Perancis. Bersama
Marion, Hanum mengelilingi kota Paris. Bukan untuk melihat keindahan Menara
Eiffel ataupun Sungai Seine. Mereka justru mengunjungi tempat-tempat bersejarah
yang memiliki hubungan dengan masa kejayaan Islam. Salah satu tempat yang
mereka kunjungi adalahMusee de Louvre
atau Museum Louvre.
Perjalanan
Hanum dan Rangga tidak sampai di sini. Karena rasa penasaran mereka terhadap
sejarah Islam di Eropa, mereka mengunjungi Cordoba dan Granada. Dua kota di
Andalusia atau Spanyol ini ternyata juga menjadi saksi dalam perkembangan Islam
di Eropa. Di Cordoba terdapat Mezquita, sebuah masjid besar yang berubah
menjadi katedral setelah jatuh ke tangan Raja Ferdinand. Sedangkan di Granada,
Hanum dan Rangga mengunjungi Al-Hambra, sebuah benteng megah yang menyiratkan
betapa megahnya Islam di Eropa pada masa lampau.
Kota terakhir
yang dikunjungi Hanum dan Rangga dalam buku ini adalah Istanbul. Di kota ini
terdapat Hagia Sophia, sebuah bangunan megah yang pernah menjadi masjid dan
gereja, yang selanjutnya menjadi museum sampai saat ini.
“Pergilah,
jelajahilah dunia, lihatlah dan carilah kebenaran dan rahasia-rahasia hidup;
niscaya jalan apapun yang kaupilih akan mengantarkanmu menuju titik awal.
Sumber kebenaran dan rahasia hidup akan kautemukan di titik nol perjalananmu.
Perjalanan panjangmu tidak akan mengantarkanmu ke ujung jalan, justru akan
membawamu kembali ke titik permulaan.”
0 Comments: