Oleh: Intan Aida
Wartawan
dan wawancara pertama
Surat kabar pertama diterbitkan di
Cina 600 tahun SM. Nama surat kabar itu adalah King Piao. Jadi, orang Cina pula pembuat dan penemu msin cetak
pertama. Lima abad kemudian, 59 tahun SM di Roma lahir surat kabar Acta Diurna. pada
abad pertengahan, Cajus Julius Caesar (100-44 SM) penguasa di Roma,
memerintahkan semua keputusan senat ditempelkan pada sebuah dinding di muka
dalam gedung. Sejak waktu itu, ada ketentuan, “Tiada suatu undang-undang atau
peraturan yang boleh berlaku jika tidak lebih dahulu disiarkan kepada rakyat!”
Pemberitahuan
yang ditempelkan di ruang muka senat terbuka bagi semua rakyat. Pada zaman
modern ini, dapat disamakan dengan berita-berita resmi yang dikeluarkan
pemerintah. Pada zaman pemerintahan kolonial di Indonesia, berita dan peraturan
dari Gubernur Jendral disiarkan secara resmi di Javasche Courant. Di Belanda sendiri, berita resmi kerajaan
disiarkan pada Nederlandsche Staats
Courant. Setelah
merdeka pada 17 Agustus 1945, Indonesia menyiarkan peraturan dan undang-undang
yang disahkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Wartawan
Di
atas kertas yang ditempelkan pada dinding senat di Roma itu tertulis perkataan Acta Senatus, semata-mata iinya mengumumkan
peraturan-peraturan yang diterapkan pemerintah. Semula bagi mereka yang
berkepentingan dengan pengumuman atau berita-berita resmi negara, secara
langsung datang membacanya. Lama-lama para tuan tanah di Roma tidak sempat lagi
mampir hampir setiap hari, datang melihat pengumuman itu. Mereka menyuruh
pegawai atau bawahannya untuk datang ke gedung senat, mencatat dan menyalin
sesuatu yang disiarkan dalam Acta Senatus.
Mereka
yang disuruh mencatat itu, pada akhirnya punya pikiran “komersial”, dengan
memperbanyak catatan yang disiarkan sejak itu, nama Acta Senatus secara otomatis berubah menjadi Acta
Diurna, yang secara harfiah berarti “catatan harian”. Kemudian, terjadi hubungan antara “penerbit” dan
“pembaca” dan mereka yang berkepentingan membayar secara langsung. Adapun orang
yang bekerja pada Acta Diurna dinamakan diurnaii, searti dengan pewarta,
penjurnal, atau wartawan alias jurnalis.
Dalam
keadaan demikian, terjadi persaingan diantara diurnaii. Kemudian, mereka menggabungkan diri pada kelompok-kelompok
penerbit. Setiap penerbit saling
bersaing untuk memberikan atau mengantarkan secara cepat copy-an kepada
pelanggan.
Makin
meluasnya penerbitan Acta Diurna, berita-beritanya tidak banya memuat
pengumuman resmi Acta Senatus, tetapi dimuat juga berita yang bersifat kejadian
sehari-hari di luar pemerintahan, di kota Roma dan sekitarnya. Para pembaca
semakin tertarik karena mengetahui kejadian setiap hari.
Wartawan
pertama
Dalam
buku Over de Krant, W. N. van der
Hout menulis, wartawan pertama di dunia adalah Julius Caesar dengan penerbitan Acta Senatus-nya, tetapi Kaisar Augustus
mempunyai bakat besar menjadi redaktur, sekaligus pemilik surat kabar. Karena
zaman kaisar Augustus perhubungan pos diperbaiki, pengiriman surat kabar
bertambah lancar dan cepat.
Zaman
pemerintahan Augustus, dikatakan orang istimewa mengantar dan mengambil
surat-surat pada kantor konsul. Kabar ini juga yang menginstruksikan
pembangunan pos tempat menerima surat beragam berita, selanjutnya diteruskan
secara bersambung. Kaisar
Hadrianus yang menggantikan Augustus, melanjutkan usahanya dengan
disempurnakan. Sampai pada abad ke-4 SM, penerbitan koran Acta Diurna di Roma
terussemakin berkembang.
Wawancara
pertama
Pada
zaman Julius Caesar dengan koran Acta Senatus, setelah para diurnaii (jurnalis) menambah isi dengan
berbagai berita kota, muncul gagasan untuk menambah dengan berita-berita lain
yang memang dibutuhkan. Tujuannya tidak saja bagi kepentingan komersial, juga
untuk saingan yang semakin berat.
Kota
Roma yang sejak dahulu dikenal dengan pemeo dunia: “Banyak jalan menuju
Roma....” terkenal sebagai tempat pertemuan para pedagang dari berbagai negara.
Sebagian besar pedagang yang datang ke Roma adalah saudagar dari Venetie (atau
Venesia). Mereka menginap di hotel-hotel yang zaman itu masih disebut sebagai
penginapan.
Para
dijurnalis mengambil kesempatan baik untuk mendapatkan bahan-bahan mengenai
perniagaan dari negeri timur. Dari sinilah dimulai istilah wawancara, yang
dipelopori oleh Julius Caesar, mengenai masalah ekonomi atau perniagaan.
Lama
ke lamaan, para jurnalis melengkapi berita korannya dengan kejadian-kejadian di
luar daerah. Berita-beritanya sudah mencakup berbagai hal perkembangan aktual
saat itu. Cakrawala kalangan wartawan semakin pula berkembang dengan memikirkan
tentang hal yang akan diisi guna melengkapi berita-berita korannya agar menarik
perhatian pembaca. Dari sinilah mulai terjadi persaingan antarpenerbit surat
kabar.
Sumber :
Z.K, Jingga. 2009. Bagaimana
Menulis Berita?. Bandung: PT Puri Pustaka.
0 Comments: