Dok. VISI/Arfian . Salah satu adegan dalam cerita “Gudang” dalam pentas drama Bikin-Bikin XX yang diselenggarakan oleh Teater Sopo di Aula FISIP UNS, Senin (24/3). |
SOLO - Teater Sopo kembali menggelar pentas drama Bikin-Bikin. Pentas kali ini
adalah pentas Bikin-Bikin yang ke-20. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret
(UNS) ini menyelenggarakan pementasan tersebut di ruang Aula FISIP UNS dengan
tajuk Sinergi dalam Karya.
Pagelaran seni tater tersebut diadakan selama dua hari berturut-turut.
Yaitu pada hari Senin (24/3) hingga Selasa (25/3). Pementasan dimulai malam hari
mulai pukul 19.30 WIB sampai pukul sebelas malam.
Ada total empat repertoar yang disuguhkan dalam pentas Bikin-Bikin XX.
Hari pertama dua repertoar, kemudian sisanya dilanjutkan pada hari kedua. Dua
repertoar pada hari pertama berjudul ‘Batin’ disutradarai oleh Abirama Setiadi
dan diperankan oleh Ilo sebagai manusia, Ani sebagai Hati 1 dan Hati 2, dan Echa sebagai nalar.
Dilanjutkan dengan cerita berjudul ‘Gudang’ yang disutradarai oleh Heri
Santoso dan diperankan oleh Wawan sebagai tukang lampu teater, Arif sebagai
tukang set teater, Odil sebagai Nawang Wulan sekaligus Diah Nala, Reza sebagai Rama, serta Fikri
berperan sebagai Superman.
Heri Santoso sutradara cerita ‘Gudang’ sengaja menampilkan cerita
tersebut tak lain adalah untuk menyentil pola pikir mahasiswa dan birokrasi jaman
sekarang. Menurutnya, mahasiswa-mahasiswa sekarang ini tidak kritis, tidak
seperti mahasiswa pada jaman dulu yang sangat kritis dan fight. “Mahasiswa jaman sekarang kan disuruh ke sana mau, disuruh ke sini mau.
Saya juga akan menyentil mahasiswa semacam itu. Ya, kayak kebo kan jadinya," ungkap
Heri sambil nyengir.
Ketika ditanya tentang kesulitan yang dihadapi dalam menyutradarai
cerita Gudang, mahasiswa jurusan Komunikasi Non Reguler ini mengaku ada sedikit
kesulitan. Karena teman-teman Teater Sopo memiliki kegiatan pribadi dan juga
masih tergabung dalam akademisi FISIP UNS. “Jadi memang mereka juga ada tugas, ada ukd (ujian kompetensi dasar),
tapi temen-temen itu masih melakukannya dengan senang hati dan bahagia," aku
Heri.
Sedangkan repertoar pada hari kedua berjudul ‘Kini’, sebuah drama
monolog seorang perempuan yang diperankan oleh Elga. Cerita ‘Kini’ disutradarai
oleh Reza K. Darmawan. Kemudian dilanjutkan ‘Kidung Alit’, yang bercerita tentang warga kampung
Uwuh dengan segala ritme kehidupan yang serba pas-pasan, namun pada suatu hari
mereka harus tergusur oleh sebuah proyek pembangunan perumahan dari PT Sukakaya
Real Estate.
Reni Renbow dan Alif P. Wirawan dipercaya sebagai sutradara dalam cerita
‘Kidung Alit’ itu. Cerita Kidung Alit diperankan oleh Tyok, Astri, Dika,
Wening, Nisa, Dani, Wuri, Arini, Awan, Miftah, Dimas, Ari, dan beberapa tambahan
figuran.
Pentas Bikin-Bikin XX kali ini dipimpin oleh Astri Nugrahenni. Selain
sebagai pimpinan produksi, mahasiswi program studi Komunikasi ini juga bermain peran
sebagai salah satu warga desa Uwuh di cerita ‘Kidung Alit’. Astri merasa pernah
mengalami kesulitan, karena sebagai pemeran tuntutannya sangat detail. Belum
lagi ia harus memegang kendali atas keseluruhan pentas Bikin-Bikin XX.
Namun, untungnya Astri terbantu oleh Stage Manager yang mem-back up perihal artistik. “Jadi nggak
terlalu capek," ujar Astri saat ditemui VISI
di akhir acara pada hari kedua pementasan.
Sang pimpinan produksi ini mengaku sempat terkendala masalah venue yang akan dipakai untuk pentas
Bikin-Bikin XX. Sehingga pementasan tersebut ditunda selama hampir tiga pekan
dari jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. “Sempat ada penundaan karena venue-nya dipake untuk kegiatan yang
lebih penting oleh pihak fakultas," terang Astri.
Salah seorang penonton pentas Bikin-Bikin XX, Kurnia Catur Wardhani,
mengaku terhibur dan menilai bahwa semua pemain-pemainnya sangat menguasai
peran yang dipentaskan. “Keren dan salut buat Teater Sopo, karena buat menggelar
pertunjukkan seperti ini itu nggak gampang. Nggak cuman talentnya aja, tapi set
lampu sampe pemusik semua itu bener-bener memuaskan banget. Dan kita bisa
merasa dibawa ke suasananya," ujar Kurnia saat
dimintai komentar.
Kamal Hussein Radityo, penonton pentas Bikin-Bikin XX yang juga
mahasiswa jurusan Komunikasi angkatan 2010 ini mengaku baru pertama kali
menonton pentas Bikin-Bikin. Namun ia merasa sangat terhibur karena ceritanya
sangat kompleks.
“Ada cerita yang sedih, ada juga yang gembira. Nggak
ngebosenin dan ceritanya itu sangat menghibur," komentar Kamal usai
pentas hari terakhir. (Arfian)
0 Comments: