DANA KOMPETISI – Arif Munandar (kiri) dan Muhammad Khairul Bahtiar
seusai
wawancara dengan VISI di Fakultas Teknik (FT)
Universitas
Sebelas Maret (UNS) Solo, Kamis (4/3).
Bagi perguruan tinggi, memiliki mahasiswa berprestasi merupakan sebuah
kebanggan yang selalu diidam-idamkan. Terutama untuk perguruan tinggi negeri
(PTN) yang ingin bertaraf internasional. Pun dengan Universitas Sebelas Maret
(UNS) Solo yang saat ini sedang mencoba menuju world class university (WCU).
Untuk memperoleh predikat sebagai WCU,
UNS harus memiliki nama baik dan segudang prestasi. Nama baik ini tentu saja
bisa dijunjung dengan menorehkan berbagai kejuaraan dalam kompetisi baik yang
berskala nasional maupun internasional.
Salah satu tujuan meningkatkan nama
baik UNS itu diutarakan oleh Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT) UNS,
Muhammad Khairul Bahtiar. “Ketika kita mengikuti kompetisi, disitu kita membawa
nama kampus. Jadi, kalau jadi juara ya
otomatis nama baik kampus terangkat,” ujar pria yang akrab disapa Irul itu
kepada VISI, Kamis (4/3).
Irul tergabung dalam Tim Bengawan II
UNS yang sukses menorehkan juara 2 dalam kompetisi mobil hemat bahan bakar Shell Eco-Marathon Asia 2014 Februari
lalu. Irul berangkat ke Luneta Park, Manila, Filipina bersama 6 rekan
mahasiswanya dan satu dosen pembimbing setelah mobil Samudra Generasi II
besutan mereka lolos seleksi.
Tim bengawan II kala memamerkan
mobil Samudra Generasi II di Luneta Park,
Manila, Filipina.
Ditemui di waktu yang sama, Arif Munandar
yang juga tergabung dalam Tim Bengawan II mengungkapkan tentang hal yang sering
menjadi kendala saat akan mengikuti kompetisi. Hal itu adalah masalah dana yang
harus dikeluarkan. “Selama ini yang paling susah itu ya cari dana. Terkadang
dana yang diberikan kampus tidak cukup untuk membiayai keseluruhan kegiatan
yang akan diikutkan dalam kompetisi. Alhasil kita harus cari perusahaan yang
bersedia untuk menjadi sponsor,” keluh Arif.
Untuk mengikuti lomba antar negara
memang membutuhkan dana yang sangat besar. Apalagi jika lomba menyangkut
pembuatan kendaraan yang sudah terkenal tidak murah. Dari proses pembuatan,
hingga akomodasi dan transportasi semuanya butuh dana yang tak sedikit.
Untuk itu Arif berharap agar kampus
lebih berani mengeluarkan dana untuk mendukung mahasiswa yang mengikuti
kompetisi, terutama yang berskala internasional. “Kita pingin pihak universitas
(UNS –red) lebih men-suport mahasiswanya, apalagi yang
berkaitan dengan dana. Toh, nantinya efek samping yang baik juga akan
berdampak pada universitas,” harap Arif.
Saat ini Tim Bengawan terus berusaha
mengasah kemampuannya untuk bisa memenangkan kompetisi Shell Eco-Marathon Asia tahun mendatang. “Kita nggak puas kalau Cuma
jadi runner-up, tahun depan kita
pingginya jadi juara 1,” kata Irul.
Selain itu Irul juga menyatakan bahwa
Tim Bengawan kini tengah bersiap-siap untuk mengikuti ajang kompetisi yang sama
namun berskala nasional, yaitu Indonesia Energy Marathon Challenge (IEMC) 2014. Kompetisi tersebut
akan dimulai sekitar November mendatang. (Muna).
0 Comments: