Dok.VISI/Astini |
lpmvisi.com,
Surakarta - Pemilihan Raya (Pemira) yang dilaksanakan secara
serentak di Universitas Sebelas Maret (UNS) pada hari Rabu (17/12) hingga Kamis
(18/12) tidak mendapatkan antusias yang
tinggi dari mahasiswa Fakulta Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Dari sekian
banyak mahasiswa di FISIP, hanya 417 orang yang tercatat menggunakan hak
pilihnya.
Pemira yang diadakan
guna memilih Presiden dan Wakil Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) serta anggota
DEMA (Dewan Mahasiswa) ini tak mendapat antusias yang tinggi di kalangan
mahasiswa FISIP. Padahal, KPU menganggap
bahwa sounding Pemira ke mahasiswa sudah dilaksanakan secara maksimal. “KPU
sebenarnya sudah melakukan beberapa agenda untuk publisitas sebelum
pencoblosan. Yang pertama itu publikasi melalui boneka danbo, MMT, poster dan
sosial media, kampanye, pawai, dan debat Capres Cawapres BEM,” ungkap Muhammad
Jundi F, Ketua KPU UNS.
Jundi juga mengatakan
bahwa kurangnya animo mahasiswa juga dikarenakan isu yang beredar di media
sosial. Isu tersebut bermula ketika seorang panelis senior mengeluarkan
statement “Kalau saya mahasiswa UNS, saya nggak bakalan milih,” saat kedua
Capres Cawapres BEM tidak bisa menyanyikan mars UNS, dan tidak tahu siapa rektor
pertama UNS di debat Capres Cawapres. Meskipun menurut Jundi, isu tersebut tidak
sepenuhnya benar. “Jadi waktu itu, Mas Bowo (panelis senior -red) memberikan klarifikasi di akhir
bahwa pertanyaan dan statement yang dilontarkan kepada kedua Capres dan Cawapres
itu merupakan shock teraphy bagi kedua calon,” ujarnya.
Meski antusias mahasiswa tidak terlalu tinggi, beberapa mahasiswa FISIP menyambut baik Pemira ini. “Bagi saya, Pemira adalah salah satu bentuk pencerdasan politik terhadap mahasiswa. Ketika kita tidak menggunakan hak pilih, satu tahun ke depan siapa yang akan mengadvokasi dan menyampaikan aspirasi-aspirasi mahasiswa? Jadi saya pikir golput bukan pilihan yang baik,” terang Desta, mahasiswi Hubungan Internasional.
Tak hanya Desta yang
menyambut baik adanya Pemira. Rio, mahasiswa D3 Penyiaran juga mengungkapkan
pentingnya menggunakan hak pilih di Pemira. “Sebagai seorang mahasiswa kita
harus punya sikap. Memilih di Pemira ini bagi saya adalah bentuk pelajaran
demokrasi meskipun masih dalam lingkup kecil,” ujarnya. Rio juga menambahkan
bahwa di FISIP sendiri kesadaran berpolitik mahasiswa masih sangat kurang,
namun di sisi lain, dia juga meras bahwa sosialisasi Pemira ini juga masih
sangat kurang. (Astini)
0 Comments: