Oleh: R. Ahmad Reiza M.
Dok.Internet |
Judul: Supernova – Kesatria, Puteri,
dan Bintang Jatuh
Jenis: Drama
Durasi: 131 menit
Sutradara: Rizal Mantovani
Naskah: Donny
Dhirgantoro, Sunil Soraya, Dewi Lestari
Produksi: Soraya Intercine Films
Pemeran: Herjunot Ali, Raline Shah,
Fedi Nuril, Hamish Daud, Arifin Putra, Paula Verhoeven
Terinspirasi
dari dongeng tentang kesatria,
puteri, dan bintang jatuh, sepasang pria gay membuat mahakarya setelah berikrar
sepuluh tahun yang lalu ketika mereka saling mengakui orientasi seksualnya.
Sebuah karya tulis berbentuk novel yang terbuat dari gabungan roman oleh Dimas
(Hamish Daud),
alumnus Sastra Inggris George Washington University dan kompleksitas sains dari
Reuben (Arifin Putra)
yang lulus dari Johns Hopkins Medical School. Supernova, nama cyber avatar rekaan Dimas-Reuben dalam
kisah yang sedang mereka tulis ternyata ada di dunia nyata.
Kisah
roman-sains Dimas-Reuben bercerita tentang kisah cinta segitiga yang tidak
biasa, seorang eksekutif muda, Ferre atau Re (Herjunot Ali), yang mencintai Rana (Raline Shah) yang sedang
jenuh dengan hubungannya bersama sang suami, Arwin (Fedi Nuril). Berawal
dari wawancara yang diwarnai takdir—“Ini semua terlalu naif jika disebut
kebetulan,” gumam Re—, hingga perselingkuhan Rana dengan Re yang harus terus
menghindar dari Arwin setiap mereka bertemu. Tepat di akhir hubungan mereka,
Arwin sudah mengetahuinya. Malah ia bersedia bercerai dengan Rana demi
kebahagiannya. Namun Rana memilih meninggalkan Re dan memperbaiki hubungannya
dengan Arwin.
Re
pun patah hati dan bunuh diri. Pelatuk pistol revolver sudah ditarik, peluru
pun meluncur. Beruntung takdir sedang tidak ingin membunuhnya. Sang tetangga, Diva
(Paula Verhoeven),
wanita paradoks berprofesi sebagai supermodel dan pelacur papan atas, akhirnya
bertemu dengan Re. Tak disangka, mereka bertetangga. Dan pada suatu hari
setelah mereka mengenal baik satu sama lain, Diva yang ternyata sang dalang cyber avatar itu memilih Re untuk
melanjutkan pekerjaannya, sebagai sang Supernova.
Visualisasi
seri Supernova yang pertama dengan tajuk Kesatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
karya Dewi ‘Dee’ Lestari mampu membuat penonton terpukau. Penerjemahan teks
dari buku novel menjadi visual dalam film tampaknya sudah menjadi mainstream. Banyak sekali film yang
diangkat dari novel, baik film Indonesia, maupun film Hollywood. Sesuai
penilaian pribadi, film ini termasuk sukses sebagai film yang diangkat dari
salah satu novel terbaik Indonesia.
Salah
satu hal yang menggelitik adalah pada bagian prolog, dimana ada penjabaran
sains yang memukau dengan animasi khas film dokumenter tentang luar angkasa.
Juga teringat dengan salah satu pelatihan pembangunan karakter terkenal di
Indonesia yang menggunakan narasi yang mirip dengan prolog film ini. Meski
beberapa adegan lain, animasinya terasa tanggung, bahkan lebay.
Soraya
Intercine Films mungkin ingin menjangkau pasar yang lebih luas, terbukti dengan
eksekusinya yang lebih ‘ringan’ dari bobot novelnya. Patut
diapresiasi, setidaknya banyak yang mulai mengerti arah cerita Supernova ini. Tapi tetap saja, beberapa teman
masih belum menangkap inti cerita film ini. Ada lagi, “Mirip FTV,”
kata seorang teman setelah menonton film ini. Dan pendapat pribadi sebagai penikmat
serial Supernova, masih kurang terpuaskan.
Porsi tokoh Diva dalam film ini
terlalu sedikit, hanya dominasi kisah-kasih-sembunyi-sembunyi Rana-Re dari
Arwin terlalu banyak. Bahkan beberapa bagian yang dirasa berbobot pada novel pun
dihilangkan. Seperti bagian Diva diundang sebagai juri lomba model anak-anak
dan penampilan tokoh Gio, pacar Diva. Mungkin kemunculan Gio akan dilewati
untuk seri berikutnya.
Salah
satu yang perlu diperhatikan adalah dialog, para aktor dan aktris terlihat menghapal. Mungkin karena
penyesuaian waktu dalam cerita di novel—pada awal 2000-an—dengan waktu dalam
film yang kurang maksimal. Aktor yang dipilih sudah berperan dengan baik, namun
disayangkan karena mereka menggunakan aktor dari lingkar Soraya Films.
Menjemukan, sebab beberapa film yang belum lama ditayangkan diperankan oleh
aktor yang sama. Berbeda dengan karya Dee selain Supernova yang justru lebih
baik dari segi pemerannya. Kemunculan Paula Verhoeven juga masih kurang,
mungkin karena ia masih baru menjadi pemeran film layar lebar.
Secara keseluruhan, film ini sudah
digarap dengan cukup baik. Termasuk plus-minusnya. Penggarapan Soraya Films
memang masih perlu diperbaiki, sehingga diharapkan untuk mampu mengeksekusi
film seri berikutnya lebih apik.
0 Comments: