Dok.internet |
Oleh: Iim Fathimah T.
Milik siapa
rindu yang olehnya diadu sepi.
Adakah jeda
antara Jumat ini dan minggu depannya lagi.
Kapan saja bisa bertemu atau mengobrol,
kenop pintu itu pun tak dikunci kiranya.
Ingin sekali diraih supaya terbuka.
Lalu ia mundur:
“untuk apa?”
Lantas dibiarkan rindunya berkembang
hingga Jumat datang esok hari.
Di barisan paling depan
akan duduk ia
akan diam tangannya
sesekali tergurat senyum disana.
Yang diharapkan belum datang
seorang di balik pintu tak terkunci tempo hari.
Ia menengadah
saat sebuah langkah
berderap di koridor seberang jendela;
Bukan dia.
Tapi berita,
yang mengabarkan tiada kelas hari ini.
Sekali ini ia bertanya kembali...
Adakah jeda, antara Jumat ini dan minggu depannya lagi.
Duh, apa harus ia buka saja
kenop pintu yang tak dikunci itu?
Biar hilang rindunya, biar jelas semua makna,
yang diisyaratkan angin padanya Sabtu malam
selepas Jumat berakhir.
1 Komentar
keren
BalasHapus