lpmvisi.com, Solo - Seiring dengan arus globalisasi dan perkembangan
teknologi, karakter anak sebagai seorang anak semakin tergerus. Anak semakin
kehilangan jati dirinya dan jauh dari dunia nyata. Hal inilah yang dikemukakan
Gentur Yoga Jati, Direktur Utama Solo Mengajar di sela-sela rangkaian Festival
Anak (FESA) 2016 di Taman Balekambang, Surakarta (18/12/2016).
Yoga, sapaan pria tersebut, mengatakan bahwa saat
ini kebanyakan anak jauh dari perilaku yang berbudi pekerti luhur dan
ketimuran. “Kebanyakan anak saat ini tidak budi pekerti luhur, tidak ada sopan
santun dan tata krama,” ujar Yoga. Ia pula menambahkan bahwa tidak adanya lagu,
tontonan, dan mainan yang ramah anak menjadi pendorong hilangnya karakter anak.
Selain itu, akses anak kepada teknologi dan gadget mendorong dalam memisahkan anak
dari dunia nyata. Langkanya permainan dan hiburan di dunia nyata yang ramah
anak membuat anak mencari penghiburannya di dunia virtual. “Anak sekarang lebih
ada di dunia maya dan terlepas dari dunia nyata. Menari ya menari beneran.
Bermain bola ya bermain beneran, tidak secara virtual,” pungkasnya.
Yoga mengatakan bahwa anak perlu dikenalkan kepada
dunia nyata. Anak harus belajar bersosialisasi, mengenal lingkungan, menghadapi
kesulitan dalam hidup, dan nilai-nilai kehidupan. “Anak tidak hanya di didik dengan pelajaran kimia,
fisika, atau matematika. Namun juga harus ditanamkan nilai-nilai keindonesiaan,”
ujar ia saat sesi wawancara berlangsung. Ia menambahkan bahwa dibutuhkan kegiatan-kegiatan
yang dapat mengembalikan jati diri anak sebagai bangsa Indonesia.
Sejalan dengan pemikiran Yoga, Frans Agil, Koordinator Acara FESA 2016 mengatakan bahwa dibutuhkan kegiatan-kegiatan untuk wadah ekspresi dan pengenalan budaya pada anak. "Saat ini jarang ada wadah bagi anak untuk tampil di muka umum. Dan seiring zaman, anak-anak yang sering main gadget dan sebagainya, makanya kita kenalkan kepada anak-anak budaya Indonesia dengan kegiatan seperti ini," pungkas Agil (Arwin).
0 Comments: