dok http://pixabay.com |
Oleh : Ade Uli Fitriyani
Aku jelas ingin ke Pasar, mingguku gusar..
Tak sampai tanganku siapkan hidangan...
Kulitku kasar, garis mataku mulai terbakar..
Lihat gumpalan baju lusuhku, seperti manusia kumuh....
Tak sampai hati aku bercermin diri.....
Coba saja tanya senja, apa pernah aku senyum menyapa....
Jangankan menengadah kepala menatapnya....
Tertunduk pun aku begitu tak memiliki muka...
Jelas saja aku ingin ke Pasar, ramainya lama tak ku dengar
Sial..... Senin hingga Sabtuku ada di kantongmu...
Kakiku bertulang besi, masih sanggup jika harus terus berdiri bahkan berlari
Pertengkaran itu hanya antara batinku tuan...
Silahkan saya seduhkan teh berbau rupiah kesukaanmu...
Entahlah mataku ingin melirik sadis seketika...
Sontak hanya ilustrasi genting rumah penuh tambalan yang terlintas....
Tentu, pasti aku urungkan ambisiku yang semakin menyeramkan menghantui...
Kuingat genting bocor itu lagi....
Aku hendak ke pasar, aku hendak menyepi di keramaian...
Aku terlampau muak makan selonjor di atas lantai...
Aku hendak tersenyum melihat keramaian yang merdu itu, sempat aku lupa liriknya
Astaga, ku terganggu suara ayam itu, pertanda jika aku memang harus kembali
Iya... pasti kembali meneteskan peluh, menjalankan perkataannya....
Pasar, aku tetap merindukan mu..
0 Comments: