dok. internet |
Judul : Kitab Jomblo
Pengarang : Andreas Zu
Penerbit : Pohon Cahaya
Dimensi : 13,5 x 19 cm
Tebal : 220 halaman
Cetakan : Juni 2016
Oleh: Eko Hari Setyaji
Lebih baik jomblo di dunia nyata
Daripada punya pacar di dunia maya
Yang tak pernah bisa dicium bau kentutnya
Sebuah anekdot yang dicuplik dari mbah google yang menggambarkan betapa nestapanya nasib jomblo di dunia fana ini. Dicaci, dicibir, dihina, dibuat meme bahkan dikebiri eh maaf... hingga tak ada seorang pun yang mau menyandang status ini.
Para jomblo seakan menjadi pesakitan di sekeliling lingkungannya. Status sosialnya langsung anjlok ke dasar bumi karena status ini. Wajah tampan rupawan bak pangeran dan cantik semerbak ala Putri Salju di negeri dongeng tak menyelamatkan nasibmu dari gunjingan tetangga sebelah jika ketahuan status “JOMBLO”mu.
Menjadi kaum jomblo memang erat hubungannya dengan kebinasaan saat ini. Jomblowers pasti pernah terbersit doa kepada Tuhan untuk menurunkan kitab sakti, kitab untuk menghalau kegalauan, tak lain tak bukan “Kitab Jomblo” pintanya. Rasanya doa itu hanya sekedar doa dan angan semata.
Berangkat dari menjawab doa para kafir cinta, Andreas Zu menulis buku ini – Kitab Jomblo – untuk kamu. Dari judulnya saja sudah membuat banyak orang spoiler akan isinya. Beragam guyonan renyah bercampur dengan logat daerah Jawa dan problematika kehidupan jomblo –yang tak lain merupakan kisah nyata sang penulis pribadi– diangkat menjadi buku yang menemani malam minggu sepi kamu.
Menikmati lembar demi lembar, bab demi bab buku ini, akan membuatmu cekikikan dan tersenyum sinis bergantian membayangkan isi tulisan dan ilustrasi buku ini. Dibagi menjadi beberapa bagian, buku karya Andreas Zu ini layaknya kisah kehidupan manusia menuju kesuksesan. Bagian pertama, Andreas Zu menggambarkan betapa melas-nya nasib jomblo di bumi ini. Terasa tak ada tempat paling aman dari bully untuk para jomblo selain kamar pribadinya. Bahkan hingga rambu lalu lintas bangjo pun bisa menjadi tempat berbahaya bagi kaum jomblo. Mengenalkan faham-faham jomblo yang berlaku di masyarakat, bagian ini jika dibaca terasa menyesakkan sekaligus menggelitik.
Masuk ke bagian kedua, buku ini membahas tentang tips-tips menghadapi cobaan duniawi bagi kaum jomblo. Mulai dari tips datang kondangan, reuni, malam mingguan (malming), dan sejenisnya. Tak lupa, di bagian ketiga buku ini juga menjelaskan kiat-kiat mengakhiri masa jomblomu lewat strategi dan tutorial yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kisah cinta klasik Laila-Majun hingga Juru Perang Cina kuno, Tzun Su pun tak luput ikut dikaitkan oleh Andreas Zu disini. Hingga akhirnya, bagian keempat buku ini, seakan sempat dilambungkan dengan tips-tips segera menanggalkan status jomblomu lalu kamu dihempaskan kembali ke tanah dengan alibi membius seolah status jomblo tak masalah, jomblo itu seni hingga jadi jomblo yang berkualitas.
Sudah banyak buku bertema ringan, layaknya jomblo yang sudah diterbitkan. Namun, tak ada salahnya membaca buku sekaligus kitab ini. Satu hal yang tak boleh kamu lewatkan saat membaca buku ini, bacalah dari halaman sampul awal hingga akhir, akan anda temukan kalimat nyeletuk seperti dibawah ini yang rasanya jleb banget.
Abaikan apa yang orang katakan tentang buku ini. Sadarilah bahwa Anda dan buku ini sudah ditakdirkan bertemu. Atau mungkin, buku ini adalah jodoh yang sudah Anda nantikan. Bacalah ceritanya dan jangan lupa untuk membantu bapak-ibu di rumah!
Tak salah memang. Sebuah penanda, kalau buku ini memang bukan buku biasa. Layaknya grup musik Bukan Bintang Biasa (BBB) – yang digawangi Raffi, Chelsea, Bella, Ayusita, dan Dimas –mengais asa tetap eksis meski gempuran job pribadi menumpuk hingga gerusan boy and girl band. Ahh sudahlah...
0 Comments: