Dok. Internet |
Oleh: Oryza Sativa
(Mahasiswa Pendidikan Guru Raudhatul Athfal IAIN Surakarta)
Kau dan aku...
hanyalah sisa-sisa perasaan.
Dari percakapan bermula hingga akal lupa dimana kita berada.
Setelah sekian lama mengalami ilusi,
kita mencoba mengerti, memeluk hati cukuplah seperlunya.
Masih ada hari-hari kita bisa dengarkan desah daun basah.
Helai-helai rumput tersipu,
hujan bernyanyi sepi,
mungkinkah terlalu yakin pada sendiri.
Aku ragu,
bisakah sejenak kita berbeda sapa.
Aku takut,
rasa kalut mengusik kesendirian kita.
Sebab inilah kita yang memilih ilusi,
dibanding sendiri sebagai sepi.
Sebab aku belum mendefinisikan rindu,
maka biarlah tak ada sudut pada percakapan kita.
Biarkan begitu saja.
Bilapun aku harus berhenti mencintaimu dalam detik dan detak.
Biarlah aku pergi,
meninggalkanmu pelangi dan senja.
Langit merah mega,
Kepak-kepak malaikat memetik gitar sebagai pengiring pergiku.
Sebab pergi itu pasti,
anggaplah itu caraku mencintaimu.
Mari kita mengenal rindu.
0 Comments: