Oleh: Eko Hari Setyaji
Kucing di istana tidak
memangsa tikus di istana karena sama-sama memburu sisa-sisa jamuan dan pesta di
istana (Sayembara Berburu Kucing)
Dalam
benak saya, telah ter-stereotype bahwa kucing adalah hewan yang bermusuhan
dengan tikus dan hidupnya seolah-olah ditakdirkan untuk berburu tikus, akibat
terlalu sering menonton serial kartun Tom and Jerry. Akan tetapi, dalam
kehidupan sehari-hari seolah hal tersebut hanya karangan semata, sampai umur
saya saat ini, saya belum pernah sama sekali melihat dengan mata kepala
sendiri, kucing berburu tikus. Akan tetapi, pemandangan yang kerap saya jumpai
ialah kucing hewan pemalas dan tak pernah mau berburu tikus – layaknya kodrat
kucing di serial kartun Tom and Jerry – justru kucing dan tikus saling berebut
jatah makan majikan atau orang yang rumahnya kerap disinggahi kucing.
Mungkin
hal itu pula yang mengilhami kucing-kucing lingkungan istana kepresidenan tak
mau menjalankan kodrat dengan semestinya, justru bekerjasama dengan tikus bahu
membahu berburu makanan sisa jamuan dan pesta di istana kepresidenan periode
2004-2009. Jengkel dan jengah dengan
polah kucing di istana, sayembara berburu kucing pun digaungkan. Petugas istana pun dikerahkan
guna menangkap dan membersihkan kucing-kucing dari lingkungan istana. Usut
punya usut, kucing tersebut bukanlah kucing yang secara khusus dipelihara
penghuni istana maupun Pak Beye sekaluarga, melainkan ialah kucing-kucing
terlantar yang dibuang majikannya di sekitar Monas dan berkumpul ke istana
karena mencium aroma sedap makanan sisa jamuan dan pesta disana. Walhasil,
sayembara pun sukses menurunkan populasi kucing di Istana Kepresidenan.
Kucing
sudah beres, tikus masih ada. Jika pemerintahan presiden Jokowi gencar
mengkampanyekan pemberantasan tikus (baca: koruptor), maka pemerintahan Pak
Beye membasmi tikus dalam makna sebenarnya. Untuk mengatasi permasalahan tikus
istana, pegawai istana sampai membayar perusahaan asing guna menjaga kebersihan
istana dan membasmi hewan sejenis tikus. Kedatangan petugas berseragam ISS yang
bermarkas di Copenhagen, Denmark itu pun akhirnya mampu mengurangi populasi
tikus yang berkeliaran di lingkungan istana.
Menjadi
jurnalis Kompas di kompleks istana, Wisnu Nugroho tak hanya menjalankan
kewajiban jurnalisnya, namun ia juga merekam sekelumit kisah Pak Beye, keluarga
dan kabinet yang jarang terekspos publik. Hal-hal tidak penting yang sebenarnya
turut andil sebagai kisah dibalik layar lahirnya kebijakan yang dikeluarkan
pemerintahan Pak Beye dan kabinet selama dua periode (2004-2014) ditulisnya di
buku ini.
Remeh
Temeh
Wisnu
menjabarkan kejadian-kejadian kecil menjadi seolah luar biasa penting – yang
memang cocok dengan gaya pemerintahan Pak Beye “mementingkan hal-hal tak
penting”. Sindiran tajam namun kocak menjadi ciri khas Wisnu yang bertebaran di
sepanjang buku. Tentang Pak Beye yang gemar merombak kabinetnya, selalu
berusaha menghapuskan KKN namun akhirnya menciptakan jabatan-jabatan baru bagi
para kerabatnya, tentang hobi membentuk berbagai jenis “tim” dan “komite” yang
seringkali berbenturan dengan tugas para anggota resmi kabinet.
Terdiri
atas tiga plot yang terbagi menjadi: “Bla”, “Bla Bla”, dan “Bla Bla Bla”, Wisnu
menulis 34 kisah remeh-temeh istana dengan sudut pandang jurnalis politik. Sifat
Pak Beye yang seringkali jaim, reaktif menanggapi keluhan rakyat dan berita
negatif di luar sana, serta kecenderungannya untuk melebih-lebihkan yang tidak
perlu, digambarkan dengan sangat pas oleh Wisnu yang memang cukup lama
menyaksikan sendiri keseharian presiden ke-6 kita ini.
Mendapat
cukup banyak komentar positif dari beberapa tokoh, buku ini cukup menarik dari
segi ilustrasi, karena layoutnya yang variatif. Meskipun begitu, penempatan
kutipan di beberapa bagian cerita terlalu memaksakan dari segi layout karena
hanya untuk meminimalisir ruang kosong semata.
“Karena
banyaknya hal tidak penting, terjaganya hal-hal penting selama dua periode Pak
Beye tidak perlu dikhawatirkan. Bukankah hal-hal penting akan tetap menjadi
penting ketika banyak didapati hal-hal tidak penting? Seperti eksistensi orang
suci yang terjaga karena hadirnya para pendosa”.
0 Comments: