Perwakilan dari 13 negara usai menampilkan peragaan busana di UCN 2018 yang berlangsung di Auditorium UNS. (Dok. VISI/Nabilah) |
Perbedaan tak semestinya menjadi alasan sebuah permusuhan, apalagi perpecahan. Sebab, perbedaan yang bersatu padu akan mampu melahirkan sebuah harmoni.
Seperti itulah gambaran malam
perayaan keberagaman budaya bertajuk UNS (Universitas Sebelas Maret) Cultural
Night (UCN) 2018 yang diselenggarakan oleh International Office (IO) UNS pada
Kamis (10/05/2018) di Auditorium UNS. Mahasiswa internasional UNS, yang berasal
dari 17 negara, bersuka-cita menampilkan kesenian negaranya di panggung UCN
2018. Tak hanya penampilan seni saja, para mahasiswa internasional juga
menampilkan peragaan busana adatnya serta menyuguhkan aneka makanan khas dari
negaranya.
Sejak pukul 18.00 WIB, pelataran
Auditorium UNS mulai ramai oleh pengunjung yang datang dengan mengenakan pakaian
ataupun atribut budaya yang mereka miliki. Tampak pula beberapa mahasiswa asing
yang mulai berdatangan dengan mengenakan pakaian adat negara masing-masing.
Kesibukan pun mulai tampak dari stand kuliner tiap negara yang nantinya
akan menjadi santapan gratis bagi para penonton.
UCN 2018 dibuka dengan
pertunjukan tari tradisional Lombok yang dibawakan oleh mahasiswa dari
Indonesia, dilanjut dengan pembukaan oleh Ravik Karsidi selaku Rektor UNS.
Salah satu penampilan di Panggung UNS Cultural Night 2018 pada Kamis (10/05/2018). (Dok. VISI/Ghozi) |
Acara pun dilanjutkan dengan
penampilan dari Laos yang membawakan tarian Dok Champa. Tarian tersebut
menceritakan perihal kerinduan seseorang pada kampung halamannya. Selanjutnya,
ada penampilan lainnya seperti olahraga dari negara asal, tarian tradisional,
maupun lagu tradisional. Pada UCN 2018 ini, Vietnam menampilkan lagu Hello Vietnam yang mengisahkan cinta dari seseorang berdarah Vietnam pada bangsanya walaupun ia belum pernah menginjakkan kakinya di Vietnam.
Ada yang berbeda pada gelaran UCN
tahun ini. Selain menampilkan 17 pertunjukan seni dan 16 stan kuliner dari
berbagai negara, UCN 2018 juga menampilkan sebuah peragaan busana yang
dibawakan oleh 13 negara dalam rangkaian acaranya. Dengan peragaan busana
tersebut, UCN 2018 mampu memperkenalkan berbagai pakaian adat dari beberapa
negara pada para pengunjung.
Peragaan busana pertama dibawakan
oleh Vietnam yang berjalan ke panggung melalui sisi tengah, disusul dengan 12
negara lainnya serta catwalk yang mereka lakukan secara beriringan di
sisi kanan dan sisi kiri Auditorium. Pada sesi peragaan busana tersebut,
penonton diberi kesempatan untuk menentukan peragaan busana favorit mereka
dengan melakukan voting secara online. Peragaan busana terbaik pun langsung
diumumkan beberapa saat setelah peragaan busana selesai.
Ravik Karsidi selaku Rektor UNS memberikan penghargaan pada dua mahasiswa Jepang yang menjadi Penampil Peragaan Busana Terbaik UCN 2018. (Dok. VISI/Nabilah) |
Jepang pun keluar sebagai negara
yang berhasil menyabet gelar peragaan busana terbaik pada UCN 2018. Ketika
ditemui VISI usai acara, Taka menyatakan bahwa ia tidak membayangkan hal
itu akan terjadi. “Pakaian Jepang seperti kimono dan yukata itu sudah biasa
bagi orang Indonesia. Jadi saya kira Vietnam atau apa gitu (negara lain red-).
Jadi sangat kaget tapi senang.” Ujar mahasiswa asal Jepang tersebut.
Kemudian acara yang paling
dinantikan para penonton pun tiba, yaitu sesi kuliner. Tampak para penonton
langsung berhamburan menuju tiap stand kuliner masing-masing negara yang
ada, seperti Thai Tea dari Thailand, Palo dari Turkmenistan, Macaroon dari
Perancis, dan lain-lain. Semua stand
kuliner pun langsung penuh dan makanan pun ludes dalam waktu singkat.
Potret sesi kuliner pada UCN 2018 yang berlangsung meriah. (Dok. VISI/Ghozi) |
Setelah sesi kuliner selesai,
pertunjukan kembali dilanjutkan hingga acara ditutup oleh penampilan terakhir
yang meriah oleh kolaborasi antara Jepang, Vietnam dan Vanuatu. Kolaborasi
tersebut menampilkan lagu Kiroro Mirai E dari Jepang dan lagu “Sayang” yang
dipopulerkan oleh Via Vallen yang memiliki nada yang sama. Suasana Auditorium
pun tampak semakin ramai dan meriah oleh persembahan terakhir tersebut.
Iringan dan kemeriahan bersama
antara penonton dengan perwakilan negara-negara dalam acara tersebut menjadi
cerminan tema yang diusung oleh UCN 2018, yaitu Reminiscing The Future. Fahda Kurnia selaku Koordinator Sie Acara
menyebutkan bahwa tema tersebut memiliki maksud untuk memberitahukan kepada
Indonesia, khususnya masyarakat Solo bahwa masyarakat zaman dahulu sudah
mendambakan adanya live in diversity. “Bukan hanya toleransi antar budaya dalam satu negara
tapi juga dengan budaya luar. Live in diversity tidak hanya terbatas pada Bhinneka Tunggal Ika,” pungkas
Fahda.
Laila, salah satu pengunjung mengaku puas menonton UCN
2018. “Aku ekspektasinya UCN bakal ada penampilan culture dari setiap negara
gitu, Dan itu tercapai,” ujarnya. Namun, saat ditanya VISI mengenai makanan yang disediakan, Laila menyayangkan hal
tersebut.
“Sebenernya kalo buat performance dll tiap negara udah
cukup ya, cuma kalo buat makanan tuh kurang. Kita gabisa nyobain satu satu,”
pungkas mahasiswi Program Studi Fisika 2015 tersebut. (Ghozi, Nabilah)
0 Comments: