Salah satu adegan dalam pementasan teater dalam Pentas Bikin-Bikin XXIII pada Senin (14//05/2018). (Dok. VISI/Rifa) |
Lpmvisi.com, Solo −
Teater SOPO Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS)
kembali menggelar pementasan teater bertajuk Pentas Bikin-Bikin XXIII dengan
tema “SOPO Berkarya”. Tak hanya menyajikan hiburan bagi penonton saja, Pentas
Bikin-Bikin XXIII juga menyisipkan edukasi politik dalam pementasannya. Digelar
dalam lingkup fakultas, pementasan teater tersebut berlangsung mulai pukul 19.30
WIB di Hutan FISIP pada Senin (14/05/2018).
Tema “SOPO Berkarya” diangkat
bukan tanpa alasan. Sarah Dhiba Ashari selaku Stage Manager menyebutkan bahwa panitia memilih tema tersebut dengan
maksud tertentu. “Yang dimaksudkan (dari
mengambil tema “SOPO Berkarya –red)
adalah (Teater SOPO –red) sebagai wadah
dan merupakan karya pertama bagi anggota baru Teater SOPO,” jelas Sarah.
Ardea Ningtias Yuliawati, Pimpinan Produksi Pentas Bikin-Bikin XXIII, menyebutkan bahwa pentas tersebut
digelar sebagai ajang latihan bagi para anggota baru. Ia menjelaskan, melalui
pementasan tersebut, anggota baru Teater SOPO dapat belajar secara langsung
mengenai proses pembuatan pentas teater.
“Dalam kegiatan ini, kami mencoba
mengembangkan bakat dari anggota Teater SOPO di luar bidang akademik, seperti
seni tata panggung, musik, dan drama,” tambah Andrea saat ditemui VISI.
Dalam aksinya, Teater SOPO
menghadirkan dua karya cerita menarik dengan alur yang berbeda. Pada drama
pertama yang berjudul “Lawan Catur”−disutradarai oleh Asrori Arrafat dengan
penulis Kenneth Arthur−drama tersebut mengisahkan seorang ratu yang memiliki
pemikiran tangguh dan pandai dalam berstrategi. Baik strategi perang, politik,
maupun pemerintahan. Sang Ratu mempunyai hobi bermain catur untuk melatih
kecerdasannya. Suatu hari, pemerintahannya menghadapi sebuah pemberontakan dan
kisah ini pun berpusat pada bagaimana Sang Ratu menghadapi pemberontak
tersebut.
Pada cerita kedua yang disutradarai
Dimas Prasojo, dengan penulis Rudyaso Febriadhi, drama tersebut menceritakan
lima orang cerdas yang terasingkan dari negaranya dan berupaya untuk melarikan
diri menuju negara tetangga. Dalam perjalanan tersebut, terdapat berbagai
konflik akan kepercayaan dan harapan antar masing-masing tokoh.
Bondan Kurniasih, salah satu
penonton, mengaku menikmati dan merasa terhibur akan karya yang ditampilkan
dalam Pentas Bikin-Bikin XXIII. “Pentas Bikin-Bikin XXIII dari
Teater SOPO ini juga mendidik karena cerita yang dibawakan ada kaitannya dengan
politik masa kini,” ungkap Mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi 2016
tersebut.
Dipentaskan selama lebih dari
dua jam, rupanya proses persiapan pementasan tersebut menghabiskan waktu sekitar
satu bulan lebih untuk pembuatan alat peraga dan latihan. Panitia pun memiliki
beberapa harapan dalam penyelenggaraan Pentas Bikin-Bikin XXIII. “Harapan untuk Teater SOPO ke depannya lebih dikenal lagi serta dapat berkarya terus dan sukses
selalu.” pungkas Ardea. (Rifa)
0 Komentar