Salah satu sudut penampilan wayang cilik di Pendhapi Gedhe (Dok. VISI/Gede) |
Lpmvisi.com, Solo – Bunyi gamelan ditabuh bersama suara nyanyian berbahasa Jawa memenuhi
Pendhapi Gedhe, Balaikota Surakarta. Di sanalah Festival Dalang Cilik diadakan,
tepatnya pada hari Rabu dan Kamis (27-28/3/2019) jenis wayang yang
ditampilkan adalah Wayang Kulit Purwa (Gaya Surakarta).
Festival Dalang Cilik diadakan selama dua hari dan dibuka untuk umum sejak
pukul delapan pagi. Festival yang juga dilombakan ini diikuti oleh siswa laki-laki
kelas satu hingga enam dengan total 20 anak, semuanya adalah siswa yang
bersekolah di Solo.
“Ada dua kategori, hari pertama kategori A, hari kedua kategori B. Setiap
kategori kita ambil juara satu sampai tiga sama dalang favorit menggunakan voting penonton.” ujar Naim
Rizal salah satu panitia pelaksana dari event
tersebut saat ditemui VISI pada Kamis sore (28/3). Ia juga membeberkan
indikator yang dinilai yakni lakon, saben, iringan gendhing dan cara berbicara dalang. " Kita menyebutnya bukan juara tapi dalang cilik terbaik karena ini festival bukan lomba" ujar Naim menambahkan.
Gelaran itu cukup menarik minat masyarakat untuk mengunjungi Pendhapi Gedhe,
tak ayal sekitar 600 orang memadati tempat itu untuk melihat kepiawaian tiap
siswa dalam memainkan wayang. Beberapa dari mereka merupakan siswa yang
diundang untuk menonton sekalian membuat tugas laporan mengenai gelaran
tersebut.
Ratini Setiawati, ibu dari salah satu dalang turut menceritakan mengenai
motivasi anaknya ikut dalam festival ini. Menurutnya, anaknya tertarik seni
pedalangan sejak kecil saat ayahnya memberikannya tontonan wayang. Ia kemudian dibelikan
wayang kertas dan mulai diajari wayang oleh gurunya sejak umurnya tiga setengah
tahun.
Ibu (kanan) dari seorang dalang cilik bernama Karestu Pitutur Mapajaesi (Dok. VISI/Gede) |
“Kalau kami sebagai orang tua, saya
berlatar bahasa inggris, bapaknya matematika, jadi tidak ada unsur seninya, jadi
anaknya suka yasudah kita ikuti saja." ujar Ratini. Ia juga mengungkapkan sebagai orang tua lebih
mengutamakan soft skill daripada hard skill. "Jika anaknya berani tampil
udah buat kami juara mas, kemarin juga dia maju lomba macapat tingkat
provinsi.” tambahnya.
Ibu dari pedalang cilik itu juga
mengungkapkan harapannya kepada pemerintah kota Surakarta untuk terus
mengadakan event budaya seperti itu
karena menurutnya banyak anak-anak yang tertarik budaya namun belum terekspos
kemampuannya.
0 Komentar