Oleh : Lailaurieta Salsabila Mumtaz
Gambar: cover
album “mono.” Sumber: btsblog.ibighit.com
|
Artis
: RM
Album
: mono.
Genre
:
Underground hip-hop, R&B
Durasi : 24 menit
Produksi : 2018
Label
: Big Hit
Entertainment
Produser : RM,
Pdogg, Hiss noise
Tiap orang punya
cara tersendiri untuk mengatasi kesedihan atau stres yang dialaminya. Ada yang
mengekspresikannya dengan menangis, makan yang banyak, atau dengan mendengarkan
musik. Untuk cara yang terakhir, mungkin album ini bisa menjadi salah satu
pilihan untukmu yang sedang butuh penghiburan.
Setelah sukses mengguncang
dunia dengan album “Love Yourself: Answer” yang dirilis pada Agustus 2018, rapper
dari grup musik BTS, RM merilis album solo keduanya yang berjudul “mono.” Berbeda
dengan album self-titled-nya pada
2015 yang terkesan agresif dan ‘galak’, kali ini RM mengajak pendengar untuk berkontemplasi
melalui irama yang lembut dan melankolis.
Ditulis dan
diaransemen oleh RM sendiri, lagu-lagu dalam album ini terinspirasi dari refleksi
dan pengalaman pribadi sang artis. Seperti yang tercermin pada track 1 dan 2, “Tokyo” dan “Seoul”, judul
kedua lagu tersebut diambil dari nama kota yang sering disinggahi oleh penyanyi
rap bernama asli Kim Namjoon ini. Diawali dengan suara ambience di rel kereta, “Tokyo” menceritakan tentang rasa kesepian
yang muncul di tengah hingar bingar kota, dan kerinduan pada orang terkasih. Sementara
itu, track kedua “Seoul” yang
berkolaborasi dengan band elektronik asal Inggris, HONNE, menceritakan tentang ‘love-hate relationship’ antara RM
dengan kota yang kini menjadi tempat tinggalnya itu. Pada reff-nya, RM menulis “If
love and hate are the same word / I love you Seoul / If love and hate are the
same word / I hate you Seoul”. Di sini, RM bermain kata dalam
pengucapan “Seoul” dan soul yang
hampir mirip, untuk menunjukkan bagaimana jiwanya telah menjadi satu dengan
kota ini.
RM menujukan lagu ketiga, “Moonchild”, untuk orang-orang
yang lebih menyukai malam hari seperti dirinya. Malam hari adalah saat di mana
ia merasa terbebas dari belenggu dan tatapan orang-orang. Irama rap khas RM
ditunjukkan jelas di sini, dengan lirik yang bertujuan untuk menguatkan para pendengarnya:
“Even when
it seems as though we’re destined to suffer / we’re strong enough to overcome
it all / That even in times we said we wanted to die / we lived zealously”.
Billboard menggambarkan lagu “Moonchild” sebagai
“a smooth, sorrowful, introspective
bilingual alt R&B track”. Lewat album “mono.” tidak hanya RM membuat pendengarnya
merasa ‘ditemani’ dalam menghadapi kegalauan hati, namun juga ia berhasil
melintasi batasan genre dan bahasa dalam bermusik. Dari total tujuh lagu yang disajikan
dalam albumnya, hanya “Tokyo” yang seluruh liriknya berbahasa Inggris. Sisanya,
bahasa Korea mendominasi lirik lagu. Namun tampaknya itu bukan halangan bagi album
ini untuk diterima oleh telinga para pendengar lama maupun baru. Tak heran jika album ini berhasil memuncaki tangga lagu iTunes Top Albums di 88 negara dalam waktu singkat. RM
membuktikan bahwa perbedaan bahasa bukanlah penghalang bagi musik untuk dapat menyentuh penikmatnya.
Selanjutnya pada
lagu “uhgood”, RM menceritakan bagaimana ia merasa terbebani dengan ekspektasi orang-orang
terhadap dirinya. Lagu ini yang mungkin punya banyak keterkaitan dengan para
pendengar, terutama bagi mereka yang sedang berjuang untuk menerima diri
sendiri dan menyingkirkan komentar buruk orang lain. Dalam pidatonya di pertemuan Majelis Umum PBB
pada 24 September 2018, RM mengkampanyekan pesan serupa, yaitu mengajak
pendengar untuk untuk mengikuti kata hati dan tetap menjadi diri yang
sebenarnya. “No matter who you are, where you’re from, your skin color, your
gender identity, just speak yourself.” ujarnya.
Sebagai title track, lagu ketujuh “Forever Rain” divisualisasikan dalam
video bernuansa hitam-putih menampilkan seorang pemuda yang berjalan sendirian
di tengah kota yang diguyur hujan.
Gambar 2: Visualisasi track 7 “Forever Rain” pada video
klipnya. Sumber: YouTube.
|
Dirilis secara
cuma-cuma oleh label yang membawahinya, para penggemar RM dapat mengunduh
langsung album ini lewat berbagai platform
musik. Vulture mengekspresikan album ini sebagai " ...the free therapy your body, soul, and bank account collectively to ease
into whatever hell this week will bring.”
Definisi mono
sendiri adalah tunggal; sendiri; satu. RM ingin audiens untuk menangkap bahwa
kita akan tetap bisa bertahan dengan kesendirian tanpa merasa kesepian. Album
ini memang paling pas didengarkan ketika kita sedang sendirian, ditemani
secangkir teh atau kopi sambil membaca buku.
Subjek dari album ini sendiri cukup sulit untuk
diekspresikan, mengingat topik mengenai kesehatan mental belum banyak dibahas
oleh masyarakat umum khususnya di Korea Selatan. Namun RM mampu mengemasnya
secara apik, bukan hanya dalam mengungkapkan isi hatinya, tetapi juga
meyakinkan para pendengar untuk berjuang untuk tetap hidup. Ia mengakui bahwa
ia pernah mengalami situasi yang sama, maka dia ingin berbagi kenyamanan dan kedamaian
bagi orang-orang yang tengah berjuang.
0 Comments: