Judul: Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta| Penulis: Puthut EA | Penerbit: Insist Pers | Cetakan: Pertama, Maret 2009 | Halaman: 125 halaman | ISBN :
9786028384193
(Dok. Internet) |
oleh: Rachma Dania
Waria, ingatan, pesta, menjadi sebuah pertautan. Tiga
hal yang saling berpagutan. Mosaik yang melengkapi sebuah dunia yang terus
menerus menagih pengakuan.
Buku ini merupakan buku naskah drama dimana
terdapat dua judul di dalamnya yakni “Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta”
yang bercerita tentang pangung kehidupan waria yang terangkum dari
tokoh-tokonya. Sedangkan “Jam 9 Kita Bertemu” menceritakan tentang kisah cinta
segitiga yang bisa jadi memang lebih rumit daripada romantisme kisah cinta
segitiga biasa.
Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta
Nyatanya hidup memang kerap diasumsikan sebagai
panggung dan pesta. Semua orang terkadang dituntut untuk selalu baik-baik saja
di depan namun harus berkubang dalam lumpur permasalahannya di belakang. Begitu
pula yang ingin Puthut EA sampaikan, kehidupan waria dalam pesta yang tak
pernah usai.
Bertokohkan Rosiana, Happy, dan Luna “Deleilah Tak
Ingin Pulang dari Pesta” menceritakan tentang kisah ketiganya yang dulu pernah
menjadi cebongan, yakni pelacur dalam
kamus waria. Akan tetapi dengan kelebihan yang mereka miliki yakni wajah yang
lebih cantik dan suara yang memikat dan banyak faktor lainnya membawa mereka ke
panggung hiburan malam yakni Metro Nire Club kelab malam yang paling terkenal
di Kota.
Di dalam Group yang bernama Deleilah mereka
mencoba untuk mengekspresikan diri dengan identitas waria setelah sebelumnya nyebong. Eksistensi mereka sebagai
penghibur kian melesat dan juga membawa keuntungan bagi Metro sendiri. Dimanajeri
oleh Dedi Deleilah memiliki jadwal manggung seminggu sekali, tak melulu sebagai
penghibur mereka juga memiliki kesibukan, permasalahan, dan panggungnya
masing-masing.
Rosiana digambarkan sebagai seorang waria yang
kecil, lincah, mungil, dan periang akan tetapi dibayangi dengan kekhawatirannya
terhadap umurnya yang kian menua. Luna yang memiliki sifat ambisius terhadap
dunia hiburan. Serta Happy yang seolah merangkum kisah klasik dunia hiburan
yakni entertainer yang tertarik di dunia politik serta hidup di dalamnya,
dirinya tertarik terhadap isu kesetaraan waria.
Puthut berusaha menggambarkan kehidupan ketiga
waria ini kedalam 3 panggung. Panggung pertama menceritakan tengang semua pesta
kolosal akan digelar dimana Deleikah mendapatkan pengakuan. Panggung kedua
yakni hulu dan muara bagi Deleilah sebagai waria tempat cebongan dan interaksi
antar waria, serta lintas pedagang. Selanjutnya Panggung ketiga dimana kisah
personal Deleilah diceritakan beserta alasan dibaliknya.
Tak hanya berhenti disitu konflik lain juga turut
bermunculan seperti kabar Metro yang akan ditutup serta baluran cinta tak
terbalas yakni Happy dan Luna yang jatuh cinta kepada Dedi namun Dedi malah
mencintai Rosiana yang sedang gundah terhadap karier dan juga umurrnya. Semakin
lama eksistensi Deleilah seolah mengabur
oleh masalah personal tiap anggotanya yang semakin berkembang. Pesta Deleilah
terancam usai dan mereka terancam harus pulang dari pesta.
Dalam penyampaian cerita keputusan baik bagi Puthut
untuk menyampaikan konsepsinya di awal mengenai waria yang berbeda dengan gay,
lesbian, dan transgender. Ia mengungkapkan bahwa dalam kehidupan tidak ada sesuatu
yang hitam sejati maupun putih sejati selalu ada tingkatannya dan selalu ada
kemungkinan muncul warna lain yakni abu-abu. Pada saat itulah pandangan waria
dan konsepnya di dalam masyarakat umum terbentuk.
Dalam bukunya yang berbentuk naskah ini tiap pembaca
dapat merasakan sudut pandang setiap tokohnya dan segala keresahan yang juga
tokoh rasakan sebagai seorang waria dan segala permasakahannya. Pembaca dibawa
ke dalam masa lalu dan mendapati istilah “dimana pada asap pasti ada api” dari
ketiga tokoh yang bertahan dengan identitas baru mereka.
Pembaca juga turut dibawa ke dalam dunia waria
mulai dari yang gemerlapan yang penuh pesta hingga dunia sebaliknya saat mereka
pulang. Oleh karena itu ketiga tokoh bagaimanapun caranya tak ingin pulang dari
pesta karena dalam pesta mereka mendapat pengakuan ajan tetapi ketika pulang
mereka hanya akan kembali ke dalam bilik hitam kesendiriran dengan masalah dan
masa lalu yang membayanginya.
Bahasanya cukup mudah dipahami dan semakin hidup karena banyak istilah waria yang tentunya tidak ada
di KBBI maupun diajarkan di sekolah-sekolah. pembaca diajak untuk memahami kehidupan
waria beserta pemikiran-pemikiran mereka yang sebenarnya sama saja dengan
manusia biasa hanya latar belakangnya yang lebih istimewa.
Jam 9 Kita Bertemu
Setelah kita membaca Deleilah yang dibumbui sedikit romansa kisah cinta segi tiga kini
pembaca diajak untuk membaca kisah cinta segi tiga sebagai konflik utama. Berkisah
tentang Kenes, Doni dan Lisa yang kisahnya tanpa mereka sadari terpaut satu
sama lain.
Puthut sendiri menuliskan bahwa cerita ini seperti
makan soto, terasa kurang ketika makan satu mangkuk akan tetapi akan
kekenyangan dan membuat perut begah apabila nambah satu mangkuk lagi. Hal ini
serasa benar karena akhir cerita yang memang terasa belum selesai, segala
kemungkinan bisa terjadi akan tetapi Puthut lebih senang mengembalikan akhir
kepada pembacanya.
Doni merupakan pria yang sudah beristri, akan
tetapi ia memang digambarkan sebagai pro
player dalam urusan hati. Memiliki isteri tak membuatnya berhenti untuk
memiliki pacar lain yakni Kenes yang bekerja sebagai aktivis LSM yang juga
sahabat baik dari Lisa, yang merupakan seorang wartawan.
Naskah drama yang terjadi diantara Doni dan Kenes
kebanyakan terjadi di telepon karena lokasi mereka yang memang berbeda kota. Doni
sebagai pembuat film berdomisili di Jogja dan Kenes sebagai aktivis LSM yang
ada di Aceh. Dalam percakapannya juga dijelaskan pertemuan mereka yang sering
berlangsung ketika akhir minggu saja.
Kisah keduanya memiliki pola klasik dalam dunia perselingkuhan
dimana pihak yang mendua seolah dikejar tuntutan dari berbagai pihak serta
pihak yang menjadi selingkuhan yang awalnya menyetujui hubungan penuh tantangan
lambat laun mulai menuntut banyak hal. Hal semakn runyam dengan keputusan Kenes
untuk pindah di Yogyakartam, kota yang sama dengan Doni.
Di tengah padatnya tuntutan Doni meminta seseorang
yang tak lain adalah Lisa untuk datang menemuinya, Lisa yang merasa kasihan terhadap mantan
selingkuhannya akhirnya menyetujui Doni untuk menjemputnhya jam 9 Malam di
bandara. Di sisi lain Lisa juga meminta Kenes untuk menjemputnya di jam dan
waktu yang sama.
Puthut selalu bisa membawa pembacanya merasakan
apa yang tokoh rasakan seperti halnya ketiga tokoh diatas akan tetapi pada
cerita kali ini background cerita kurang dijelaskan sehingga kita hanya
mengetahui ketiga orang ini yang memang gemar bermain-main dengan cinta,
terutama Doni akan tetapi tidak ada alasan lain. Ibarat berita karya ini bisa
disamakan dengan straight news kisah
yang diceritakan hanya kisah yang tejadi pada masa sekarang, tidak ada masa
lalu pun masa depan, tidak ada alasan, mauoun emosi lain yang ada di baliknya.
Terakhir buku ini terlihat seperti buku normal
yang berisi cerita pada umumnya sehingga kalau tidak cermat pembeli bisa saja
tak menyangka bahwa buku ini merupakan buku yang berisi naskah drama, seperti yang penulis lakukan dulu.
0 Comments: