Salah satu
sisi dari gerobak Petolo Mayang di Solo
|
Bila menyelisik secara lebih dalam tentang Kota Solo, ada
salah satu hal yang cukup menarik dan tentu tidak jauh dari yang namanya
“kuliner”. Petolo Mayang, memang seperti itulah nama yang sedari awal diberikan
kepada minuman hangat yang memiliki cita rasa manis ini. Kuliner tradisional
yang berasal dari Malang tersebut hingga saat ini masih menyambangi salah satu
sudut Kota Solo.
Berlokasi di seberang Pura Mangkunegaran atau tepatnya di
depan Gedung Majelis Tafsir Alquran (MTA), di sana lah Pak Petolo (nama julukan)
memangkalkan gerobaknya yang merupakan satu-satunya gerobak Petolo Mayang di
Kota Solo. Keberadaan Petolo Mayang memang sudah sangat jarang ditemui di sudut
kota manapun, tentu tidak mengherankan bila hanya ada satu penjual Petolo
Mayang di Kota Solo.
Pak Petolo,
penjual kuliner Petolo Mayang
|
Pak Petolo sendiri mengaku telah berjualan Petolo Mayang
selama sepuluh tahun, “Saya dapat resepnya dari bapak yang dulu juga jualan
Petolo Mayang, orang tua asalnya juga dari Jawa Timur. Kemudian saya teruskan
dan udah sepuluh tahun ini, awalnya dari tahun 2009,”
ujarnya.
Hanya dengan membayar lima ribu rupiah saja, pembeli sudah
bisa menikmati kuliner ini lengkap dengan isiannya. Kuliner yang juga disebut
dengan Putu Mayang ini biasa disajikan dalam mangkuk yang berisi ketan srikaya,
serabi dan juga petolo mayang yang dibuat dari tepung beras dan berbentuk
keriting. Isian tersebut kemudian disiram kuah hangat yang merupakan perpaduan
dari gurihnya santan dan manisnya gula jawa.
Semangkuk
Petolo Mayang yang terdiri dari ketan srikaya, serabi, petolo mayang, dan kuah
santan-gula jawa.
|
Petolo Mayang saat ini memang tidak banyak dikenal
masyarakat. Keberadaannya pun juga jarang bisa ditemui di berbagai sisi kota,
bahkan di kota asalnya sendiri. Karenanya, saat ini Petolo Mayang sudah pantas untuk
disebut sebagai kuliner tradisional Indonesia yang langka dan terancam
mengalami kepunahan. (Alif)
0 Comments: