Salah satu materi yang dipaparkan dalam webinar. (Dok.Ulfa) |
Lpmvisi.com, Solo - Lembaga Kegiatan Islam (LKI), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan Diskusi Lintas Agama pada Sabtu (10/10/2020). Acara ini merupakan hasil kolaborasi LKI dengan Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) FISIP UNS.
Tema yang diangkat
dalam diskusi kali ini adalah, "Bendung Radikalisme, Sinergi Pemeluk Agama
Wujudkan Bhinneka Tunggal Ika". Alasan pemilihan tema tersebut dikarenakan
radikalisme telah menjadi isu nasional yang berkembang, sehingga berpotensi
menjadi sebuah ancaman. Diskusi ini dilakukan secara daring melalui aplikasi Zoom,
dengan menghadirkan tiga narasumber yaitu, Dosen Psikologi Fakultas Kedokteran
UNS, Soleman Kawangmani; Dosen Sosiologi FISIP UNS, Theofilus Apolinaris
Suryadinata; dan Koordinator Lingakr Studi Peradaban Islam dan Indonesia,
Rosnendya Yudha Wiguna.
Substansi kajian yang
disampaikan oleh ketiga narasumber yaitu, menyetujui untuk menguatkan sinergi
pemeluk agama dan membendung radikalisme. Soleman menyatakan bahwa radikalisme
tidak memiliki tempat dalam agama sehingga secara kreatif harus menyebarkan
narasi kebaikan. Hal senada juga disampaikan oleh Theofilus yang memandang isu
radikalisme dari perspektif filosofis dan sosiologi. Sedangkan Rosnendya memandang
isu radikalisme dari kacamata sejarah dan tradisi ilmu untuk tetap
mengedepankan intelektual dan menghindari propaganda.
Acara yang dihadiri oleh
107 peserta ini, terdiri dari mahasiswa, akademisi FISIP dan umum. Lutfi,
selaku ketua panitia menjelaskan, diskusi ini dapat memberikan wadah bagi
mahasiswa agar mereka tidak terpecah belah antar umat beragama. Sehingga,
hubungan antar mahasiswa pun juga semakin erat dan saling toleransi dalam
menanggapi persoalan keagamaan. Ia melihat kemajemukan yang ada di Indonesia
dapat mengakibatkan pergesekan. Apabila tidak segera diatasi, maka dapat
mengakibatkan munculnya paham radikalisme.
“Sebagai mahasiswa
tentunya memiliki banyak latar belakang agama, nah kita harus menjaga
kebhinekaan ini. Sangat penting karena merupakan kunci persatuan dan kesatuan.”
ujar Lutfi saat dihubungi VISI.
Diskusi ini
diharapkan dapat mengembangkan sikap inklusif dalam memerangi segala bentuk
radikalisme dan intoleransi khususnya di lingkungan kampus berdasarkan
nilai-nilai pancasila. “Mahasiswa juga dapat memberikan pemahaman peran agama
dari masing-masing agama itu, dalam menanggapi paham radikalisme seperti apa.” Sambung
Lutfi.
0 Comments: