Potret saat Pemkot Solo mengenalkan layanan baru berupa perpustakaan keliling di Balai Kota Solo Kamis (17/02/2022). (Dok. Mita) |
Lpmvisi.com,
Solo -
Halaman Balai Kota Solo tampak meriah dengan hadirnya peserta upacara perayaan
HUT Solo ke-277 pada Kamis (17/02/2022). Kondisi cuaca yang mendung tak
menyurutkan niat serta antusiasme peserta untuk tetap melaksanakan upacara
sebagai salah satu rangkaian HUT Solo ke-277. Upacara berlangsung secara
khidmat. Para peserta yang hadir dari pegawai, pejabat pemerintah kota, maupun
perwakilan pelajar yang diundang kompak memakai pakaian adat Jawa.
Sebelum
masuk dalam rangkaian utama upacara, petugas menyampaikan sejarah singkat
mengenai asal-usul eksistensi Kota Solo. Bahwa tepat pada tanggal 17 Februari
1745, Kota Surakarta berdiri di sebuah desa bernama Sala. Tonggak penting dalam
sejarah peringatan hari jadi Surakarta adalah beralihnya kekuasaan dari
Kartasura ke Solo setelah pemberontakan RM Garendi yang berhasil menghancurkan
Kerajaan Mataram saat itu. Dari sinilah, setiap tanggal 17 Februari diperingati
sebagai hari lahir dan berdirinya kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan
nama Kota Solo.
Setelah
sejarah singkat Kota Solo diceritakan, giliran Wakil Wali Kota Solo, Teguh
Prakosa menyampaikan sambutannya. Ia mengatakan bahwa adanya pandemi ini memang
menyulitkan interaksi dan kegiatan masyarakat di bidang manapun, utamanya
sektor pendidikan. Minimnya kegiatan pembelajaran secara tatap muka berdampak
dengan menurunnya minat belajar siswa. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Solo
memiliki terobosan baru, yakni menyediakan perpustakaan keliling untuk
meningkatkan minat baca dan belajar anak-anak.
“Ini
adalah inovasi yang kita lakukan, mendekatkan pelayanan ke masyarakat,” jelas
Teguh. Hal itu disampaikan dengan maksud memudahkan masyarakat, terutama
pelajar agar tetap mendapat kemudahan literasi.
Inovasi
lain dari perpustakaan keliling yang merupakan kerjasama Pemerintah Kota Solo
dengan Yayasan Imeco Bhakti Nusantara adalah penggunaan energi listrik pada
kendaraan yang digunakan.
“Perpustakaan
keliling adalah inovasi yang dicanangkan pemerintah dengan mengacu pada
peraturan internasional dalam Perjanjian Paris tentang pengurangan emisi
karbon,” ungkap Ari Cahyono, Produser kendaraan listrik perpustakaan keliling.
Tak hanya
inovasi dalam dunia pendidikan saja, pemerintah setempat juga melakukan inovasi
pada layanan e-KTP dan Kartu Identitas Anak (KIA) dengan konsep drive thru.
Kepala Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota
Solo, Yuhanes Pramono, mengatakan gagasan tersebut mencontek layanan gerai
makanan cepat saji.
Untuk
mengakses layanan tersebut, masyarakat terlebih dahulu menginstal aplikasi
Dukcapil Dalam Genggaman yang telah ditambah fitur Layanan Tanpa Turun
(Lantatur). Pengguna dapat langsung masuk ke aplikasi menggunakan identitas
pribadi untuk kemudian melakukan pengunggahan berkas yang nantinya akan diverifikasi
petugas. Layanan ini dapat diakses tepat setelah perayaan HUT Solo. Hal ini
tentunya menjadi terobosan baru di tengah pandemi dan semakin memudahkan
pelayanan administratif masyarakat.
Usai
penyampaian sambutan dan pengenalan layanan terbaru untuk masyarakat, Teguh
kembali berbicara untuk menyampaikan pesan kepada warga Solo agar senantiasa
menjaga kesehatan karena pandemi belum usai. Tak lupa, beliau meminta doa untuk
kesembuhan La Lembah Manah, putri Gibran yang tengah sakit. Hal itu pula yang
menjadi alasan dibalik ketidakhadiran Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota
Solo.
Salah
satu pemain Gita Pamong Praja, Devina (19), mengaku bahwa dirinya bangga
diikutsertakan untuk turut memeriahkan upacara hari jadi kota kelahirannya.
“Aku ikut
upacara sama tim lain sering, empat sampai lima kali. Tapi tetap bangga bisa
berpartisipasi dan lihat tarian dari Wayang Orang Sriwedari Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Solo. Rasanya eksklusif gaperlu nonton live streaming
YouTube,” ujarnya saat dihampiri VISI setelah upacara dibubarkan.
Selain
Devina, VISI juga mewawancarai Sari (40) dan bertanya mengenai harapannya untuk
Kota Solo. Perempuan paruh baya itu mengatakan bahwa dirinya berharap Kota Solo
bisa terus maju, dengan melestarikan kegiatan yang dibalut adat Jawa sehingga
masyarakat tidak melupakan budaya leluhur yang ada.
Meski
masih berada di tengah pandemi yang tak kunjung usai, harapan dan rasa rindu
untuk mengikuti acara secara langsung sangat dirasakan oleh Sari. “Kangen jelas
sekali. Dengan ikut acara seperti ini, rasanya hidup sebelum pandemi ada,”
tuturnya.
Tak hanya
berhenti sampai upacara saja, Festival Jenang dan Kirab Boyong Kedhaton turut
hadir memeriahkan rangkaian acara perayaan HUT Solo meski dalam keterbatasaan
keadaan. Festival Jenang dilaksanakan di Ngarsapura dengan tetap menjaga
protokol kesehatan. Aneka ragam jenang dibagikan kepada masyarakat.
“Sebagai
simbol budaya dan lekat dengan kehidupan masyarakat, jenang harus
dilestarikan,” jelas Ahyani, Sekretaris Daerah Kota Solo.
Kirab
Boyong Kedhaton juga digelar dari halaman Benteng Vastenburg hingga halaman
Balai Kota Solo. Kirab Boyong Kedhaton sendiri mengisahkan perpindahan
Kartasura ke Solo dengan iringan yang dihiasi dengan tarian kolosan dan
penghantaran yang dilakukan oleh sembilan perempuan.
“Perayaan
ini kami batasi untuk 100 orang saja. Namun pembatasan tersebut tidak
mengurangi esensi dari Kirab Boyong Kedhaton sendiri,” ungkap Wakil Wali Kota
Solo, Teguh Prakosa.
Sebagai
penutup pada rangkaian acara, diselenggarakan Opera Kolosal “Adheging Kota
Solo” yang menceritakan sejarah berdirinya kota Solo. Acara yang dilaksanakan
pada malam sekitar pukul 20.00 WIB itu dapat disaksikan oleh semua kalangan,
baik pejabat maupun masyarakat umum Solo.
Opera ini
merupakan bagian dari salah satu cerita sejarah yang bertujuan untuk
mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang kisah berdirinya Kota Solo.
Dengan adanya opera yang ditampilkan di Balai Umum ini, atmosfir masyarakat yang
sangat antusias menyaksikan sangat terasa meskipun harus duduk secara lesehan
di halaman Balai. Acara dibuka dengan narasi berbahasa Jawa diiringi gamelan
yang menambah suasana dramatis.
Salah
satu pengunjung yang tertarik dengan Opera Kolosal, Irsa (20), mahasiswi Ilmu
Komunikasi Universitas Sebelas Maret (UNS) mengaku tak sengaja datang karena
melihat tempat tersebut ramai dari kejauhan.
“Niatnya
cuma mau cari angin, tapi kok pas lewat balai kota ramai banget, jadi tertarik.
Seneng deh dapat kesempatan kayak gini pas di Solo,” ungkapnya saat
diwawancarai VISI setelah pertunjukan selesai pukul 21.00 WIB.
Irsa juga menyatakan bahwa dia hanya pendatang dari Jogja. Namun, ia juga berharap akan kemajuan Kota Solo sebagai kota budaya. Ia sangat senang akan toleransi dan keramahan warga Solo yang menerimanya sebagai pendatang. (Mita)
0 Comments: