Dok. Pinterest |
Oleh: Salsabiila Mahdiyyah
Ini bukan kisah romansa
Layaknya Subadra dan Arjuna.
Apalagi Shinta yang merelakan daksa ditelan panas anala sebab sang Rama.
Bukan pula Paris dan Helena yang penuh dengan murka
Sejak kaki belum menginjak bumi
Cinta itu sudah tumbuh sendiri.
Tuhan ciptakan dalam bentuk naluri
Sengaja.
Agar kita melewati segerombol teka-teki.
Menyusunnya dengan hati, agar kekal abadi.
Manusia dangkal akalnya.
Kadang bertindak seolah melebihi Sang Kuasa.
Berlagak tau segala.
Cepat mengeluh berbalut ilusi peluh.
Bertingkah bodoh pada dasarnya.
Hingga tercipta kata, mana yang pantas untuk dicinta.
Padahal cinta adalah hak tiap makhluk yg hidup di buana.
Mempersempit makna dari cinta
Padahal mulanya, tujuan cinta untuk semua.
Tak asing lagi melihat siksa dan hina.
Saling berlomba untuk diakui semesta.
Lupa.
Bahwa harusnya semua didasari cinta.
Sang Maha mencipta tak hanya sebuah nama.
Cinta jadi salah makna.
Sering dijadikan penyebab bagi luka.
Padahal semua khilaf manusia.
Yang enggan membuka pandang makna cinta sesungguhnya.
Bila cinta hirap, semua baru kalap.
Menyadari bahwa yang penting telah pergi.
Terbakar emosi menjadi abu benci.
Sesal mengekor akaranya yang kian samar.
Berpamit pulang, jangan harap kembali datang.
0 Comments: