Ilustrasi (Dok. Internet/Pinterest) |
Oleh: Naila Elief Avinda
Riuh duka terus terdengar
Air mata jadi sumber bingar
Pikiran jadi akar
nan menjalar keluar nalar
Menerima dengan rasa sukar
Banyak yang selesai sebelum usai
Banyak yang ditanam tapi belum dituai
Kamu, kita, sama merasakan
Memperdaya diri dari ketidakmampuan raga
yang dipaksa menerima
dan terus menerima
dekat yang menjauhkan
Mata jadi senjata
ketika ketidaksempurnaan yang menyempurnakan tertutup rapat; senyuman
Kamu menanamkan ingatan
Aku menuai keasingan
‘Ini siapa, ya? Maaf.’
Semua menjadi anyar
Tapi tak dipandang menawan
Pun enggan kudambakan
Aku ingin ke masa yang bisa
Mendekapmu erat
tanpa dihalau sekat
Kini mulai menjalani hari baru
Yang bukan semestinya
Kehilangan masih jadi pemeran utama
menyelesaikan cerita yang tak seharusnya
0 Comments: