Seminar dimulai dengan
materi pembuka yang disampaikan oleh Prof. Leo mengenai keberadaan Pancasila di
tengah-tengah ideologi di dunia. Ia memaparkan bahwa Pancasila merupakan solusi
atas permasalahan di dunia dan juga sebagai jalan tengah dari ideologi-ideologi
di dunia. Narasumber lain, yakni Rezza Dian Akbar memberikan pernyataan yang
bisa dijadikan highlight dari materi
yang disampaikan, yaitu bahwa wajah demokrasi itu tergantung rezim yang
berkuasa dan setiap rezim tentu terdapat “hantunya” masing-masing.
Sesi
pemaparan materi tersebut dipandu oleh moderator, yakni Theofillus Apolinaris
Suryadinata, yang juga merupakan dosen Sosiologi UNS. Dengan seminar ini,
moderator berharap baik dosen maupun mahasiswa mampu berusaha memaknai
demokrasi Pancasila secara konkret, nyata, dan mencapai solidaritas sosial.
“Jadi, tidak
cukup hanya dengan peduli kepentingan sendiri, misal nilai saya mesti A gitu,
apa gunanya nilai A tapi temanmu sakit kamu cuek,
ketika temanmu dipinggirkan kamu masa bodoh, ya tidak, jadi harapan kita secara
praktis adalah kita mulai dari lingkungan kampus sendiri lah, kita peduli
dengan teman-teman” ujar Theofillus.
Seminar ini diharapkan
menjadi ruang diskusi yang aktif kembali
karena sebagai mahasiswa atau orang yang berintelektual harus membangun
ruang-ruang diskusi di lingkup fakultas. Hal inilah yang melandasi
diselenggarakannya seminar demokrasi Pancasila ini sesuai yang dikatakan oleh
Noris R. Setyawan selaku ketua pelaksana.
“Jadi harapannya dengan forum ini dengan menghadirkan
tokoh-tokoh yang expert di bidangnya,
seperti Prof. Leo, Dr. Aris Sujito dari UGM dan wakil rektor UGM datang
langsung ke sini untuk memberikan materi ke temen-temen sini untuk mengaktifkan
kembali diskusi menurut saya itu menjadi landasan utamanya, mbak” tutur Noris
ketika diwawancarai tim VISI.
Menurut Noris,
keberjalanan seminar dari awal hingga akhir cukup lancar dan sesuai harapan,
terutama dari segi isi materi yang disampaikan narasumber yang sangat berbobot.
Namun, Noris menyampaikan bahwa semuanya kembali lagi kepada kehadiran peserta.
Dirinya menyayangkan beberapa kursi yang kosong sedangkan banyak peserta lain
tidak bisa mengakses karena kouta pendaftaran sebelumnya telah penuh dan
terpaksa ditutup. (Wulan)
0 Comments: