(Potret kreator yang
berpartisipasi di SAM tahun ini/Dok. Wikasanti)
Lpmvisi.com, Solo – Solo
Art Market digelar untuk yang ke-26 kalinya pada hari Minggu (5/3), kali ini
hadir di pedestrian Ngarsopuro,
Surakarta, Jawa Tengah. Acara ini diselenggarakan oleh yayasan SAM (Solo Art
Market), untuk memberi tempat bagi para kreator agar dapat memamerkan dan
menjual hasil karya mereka.
Peserta dalam pameran ini
merupakan para kreator yang memproduksi kerajinannya sendiri, sehingga selain
memamerkan hasil karya, mereka juga dapat melakukan workshop di stand
masing-masing. Peserta yang hadir berbeda setiap minggunya, karena acara ini
menerapkan sistem open call setiap
dua minggu sekali. Peserta tidak hanya dari Surakarta saja, namun juga datang
dari luar kota, seperti Semarang, Yogyakarta, dan Rembang, meskipun mayoritas
tetap kreator dari Surakarta.
Awalnya Solo Art Market (SAM)
dibentuk untuk merespon keresahan dari himbauan pemerintah yang pada waktu itu
sedang mengatasi pandemi dalam bidang ekonomi. Kala itu, Presiden Jokowi
menghimbau untuk menghidupkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), karena
pada masa krisis itulah UMKM memerlukan bantuan untuk bertahan. Namun,
pemerintah hanya memanggil UMKM untuk pameran di mall dan membatasi jumlah kreator, "Paling cuma sepuluh orang
(yang dipanggil untuk pameran) sedangkan jumlahnya ratusan” tutur Yayok
Aryoseno (54), pemrakarsa SAM. Tidak hanya karena jumlah yang terbatas, namun
banyak sekali UMKM dalam bidang kuliner, sehingga Yayok Suseno memilih untuk
mengambil bidang yang berbeda. Dari sinilah, SAM dibentuk untuk memberikan
tempat bagi para crafter di
Surakarta.
(Potret kreator yang berpartisipasi di SAM tahun ini/Dok. Wikasanti) |
Farah Zhafirah (21), seorang penjual Batik
Tumaruntum menyatakan bahwa dengan adanya Solo Art Market ini sangat membantu
untuk mendongkrak UMKM, karena acara ini memberikan wadah untuk dapat menjual
produknya. Walaupun Farah memiliki toko di rumahnya, ia sangat terbantu dengan
adanya acara ini. Ia mengatakan bahwa, tokonya biasa ramai ketika akhir pekan
saja, namun dengan adanya acara ini batik yang ia jual semakin ramai dibeli,
karena berada di tempat yang lebih terbuka. Hal ini memang telah direncanakan
oleh Yayok Suseno, “Tempatnya harus terbuka, tidak di dalam gedung ataupun
tenda. Kalau hujan kukut, kalau
terang keluar lagi. Semangat UMKM. Jadi kita pilihkan Ngarsopuro karena
trotoarnya lebar.” Selain pembeli yang semakin ramai, dengan mengikuti acara
ini para pedagang juga mengalami kenaikan omset penjualan.
Solo
Art Market telah menghasilkan orang-orang yang sukses, salah satunya Ina Craft Jakarta. Dengan hal ini, dapat
dilihat bahwa SAM telah menjadi salah satu patokan untuk pemerintah kota dalam
mengadakan program bagi masyarakat. Selain itu, SAM juga diharapkan ikut
membantu menaikkan taraf hidup, membantu berkarya, dan menciptakan kreativitas
yang baru, “SAM ini akan begitu-begitu saja. Tapi, anggotanya ini akan mrotoli, hilang satu-satu, tapi naik
level. Terus muncul regenerasi baru.” pungkas Yayok Suseno dalam harapannya untuk SAM. (Wikasanti)
0 Comments: