(Aksi Demonstrasi Mahasiswa se-Solo Raya di depan kantor DPRD Kota Surakarta/Dok. Tiurma) |
Lpmvisi.com, Solo — Aksi demonstrasi seluruh mahasiswa di Solo Raya yang diselenggarakan pada hari Kamis, (31/3) terpaksa diundur karena cuaca yang kurang mendukung. Walaupun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat mahasiswa untuk tetap melayangkan tuntutan mengenai pengesahan UU Cipta Kerja yang telah disahkan oleh DPR RI pada 21 Maret 2023. Rombongan demonstran berjumlah sekitar 2000 mahasiswa, antara lain terdiri dari UNS, UIN Raden Mas Said, UTP, dan universitas lain di kota Solo. Sekitar pukul 15.30 WIB, rombongan mahasiswa tersebut tiba di gedung DPRD Surakarta.
Masing-masing universitas mengirimkan perwakilannya untuk berorasi di depan gedung DPRD. Para perwakilan tersebut menyuarakan pendapatnya terkait kejelasan atas pengesahan UU Cipta Kerja yang dianggap merugikan masyarakat buruh. Beberapa poin tuntutan dalam aksi demo yang disampaikan antara lain:
1. Presiden RI dan DPR RI untuk berhenti melakukan praktik buruk legislasi yang tidak melaksanakan partisipasi publik yang bermakna
2. Memaksa presiden RI untuk segera mencabut undang-undang tentang penetapan perppu cipta kerja menjadi undang-undang yang telah didetujui oleh DPR RI karena merupakan tindakan inkonstitusional yang telah menghilangkan objek dalam putusan MK No. 91/PUU-XVIII/2020 karena tidak memenuhi syarat objektif ihwal kegentingan yang memaksa serta menghilangkan partisipasi publikyang bermakna
3. Memaksa Presiden RI dan DPR RI untuk meminta maaf kepada publik atas tindakan amoralnya yang dengan sengaja menerobos batasa-batasan konstitusi dan menyebabkan rusaknya moralitas konstitusional
4. Meminta menteri ketenagakerjaan mencabut peraturan menteri ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2023 karena telah merampas hak upah pekerja
Para demonstran membawa hewan tikus sebagai perlambangan anggota DPR yang telah banyak memakan uang rakyat demi kepentingan pribadi. “DPR tu sama kaya tikus, malah lebih jahat. Tikus cuma makan sisa-sisa makanan, sedangkan DPR makan uang rakyat,” ucap salah satu perwakilan mahasiswa UIN Solo.
(Perlambangan tikus yang dibawa oleh para mahasiswa di depan gedung DPRD Surakarta/Dok. Tiurma) |
“Sekarang prosedural hari ini semua telah ditrobos oleh pemerintah entah DPR secara legislatif ataupun presiden secara eksekutif. Maka adanya aksi ini sebagai bentuk warning kepada pemerintah. Secara prosedural sudah tidak bisa lagi dipercaya, oleh karena itu kita menggunakan parlementer jalanan. Karena bagi kami parlemen untuk demokrasi bukan demokrasi untuk parlemen.” tutur Muhammad Arif Prabowo, ketua BEM Solo Raya.
Terdapat banyak pernyataan orasi yang disampaikan oleh berbagai perwakilan dari tiap universitas. Di antaranya adalah tentang pemerintah yang dianggap hanya mementingkan kepentingan oligarki saja dan bukan kepentingan rakyat, selain itu, mereka menganggap bahwa adanya PERPPU cipta kerja ini hanyalah sekedar formalitas belaka. Tindakan para mahasiswa yang terus mendesak ketua DPRD Surakarta untuk keluar dan berbicara dengan mereka akhirnya bisa terwujud. Pada pukul 16.25, ketua umum DPRD Surakarta, Budi Prasetyo ditemani para fraksi akhirnya keluar untuk menanggapi respon dari para mahasiswa.
Aksi demonstrasi berakhir pada pukul 17.00 WIB, dan diakhiri dengan kembalinya rombongan mahasiswa ke UMS sambil menyanyikan Mars Mahasiswa. (Bella, Niken, dan Tiurma)
0 Comments: