(Opor dan ketupat/Dok. Pinterest) |
Momen lebaran menjadi momen yang sakral dan sangat dinanti-nanti bagi umat Islam di seluruh belahan dunia. Tak hanya itu, momentum ini juga sering disebut sebagai hari kemenangan setelah satu bulan berpuasa di bulan Ramadan.
Saling meminta dan memberi maaf merupakan tradisi yang ada saat lebaran. Tidak hanya itu, ada tradisi lain yang tentunya tidak boleh untuk terlewatkan, yaitu adanya ketupat dan opor yang menjadi salah satu menu wajib dalam tradisi lebaran, khususnya di Indonesia. Hidangan ini tidak pernah terlupakan dalam sajian di hari raya Idul Fitri. Kombinasi keduanya menciptakan rasa yang lezat untuk disantap di hari istimewa tersebut.
Namun, di balik itu semua, ketupat dan opor memiliki filosofi tersendiri. Yuk, simak tulisan di bawah ini~
Filosofi Ketupat
Menurut masyarakat Jawa, bentuk ketupat melambangkan kiblat papat limo pencer. Artinya, terdapat ermpat arah mata angin utama, yaitu utara; timur; selatan; dan barat. Namun, dari keempat arah tersebut, hanya ada satu pusat kiblat. Selain itu, empat sisi ketupat difilosofikan sebagai empat macam nafsu yang ada di dalam diri manusia. Oleh karena itu, makan ketupat sendiri berarti bahwa seseorang mampu mengalahkan keempat nafsu ini.
Filosofi Jawa memaknai ketupat dengan sangat khusus. Kata Ketupat berakronim Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku Lepat memiliki makna mengakui kesalahan dan diwujudkan dalam tradisi sungkeman yang menggambarkan pengakuan kesalahan. Sungkeman mengajarkan pentingnya bersikap rendah hati, keikhlasan, dan menghormati orang tua.
Adapun Laku Papat berarti empat tindakan dalam perayaan lebaran, yaitu lebaran, luberan,
leburan, dan laburan.
Lebaran berasal dari kata lebar yang berarti pintu ampunan terbuka dengan lebar. Lebaran
pun mempunyai makna usai yang menjadi tanda berakhirnya puasa.
Luberan mempunyai makna melimpah (luber) yang menyimbolkan perilaku bersedekah.
Luberan ditandai dengan pengeluaran zakat fitrah sebagai wujud kepedulian terhadap sesama.
Leburan mempunyai makna melebur. Artinya, saat Idul Fitri, dosa dan kesalahan akan
melebur dengan saling memaafkan.
Laburan mempunyai makna kapur. Kapur menyimbolkan bahwa manusia harus selalu
menjaga kesucian lahir dan batin.
Filosofi Opor
Ketupat idealnya disajikan bersama dengan opor di hari raya lebaran. Nah, lalu apa sih filosofi opor? Opor diolah menggunakan santan sebagai bahan utamanya. Dalam Bahasa Jawa, santan disebut dengan santen yang memiliki makna pangapunten atau permohonan maaf. Kombinasi opor dan ketupat menjadi lambang permintaan maaf yang tulus dan keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan memperbaiki kesalahan melalui hati yang putih dan suci. (Cisya)
0 Comments: