(Panggung acara Talkshow Expo UMKM yang diisi oleh narasumber/Dok. Aufa) |
Lpmvisi.com, Solo – Pada Minggu (28/5), diadakan Talkshow dalam rangka Expo Produk UMKM Solo Raya bersama Bank Indonesia dan UNS, acara ini dilaksanakan di Lumbung Batik, Laweyan, Solo. Dipandu oleh Moh. Sayful Zuhri selaku moderator, Talkshow ini menghadirkan Mr. Mathieu Mergans selaku founder Fairindo, Ninik selaku founder Berlawalata, dan Yuni selaku perwakilan dari Bank Indonesia. Acara ini juga diikuti oleh 23 pelaku UMKM, juga diikuti oleh mahasiswa UNS dan Alumni UNS.
Dengan mengangkat tema “Expo UMKM ‘Expanding Distribution Expo to Export #2 #SummerSeason”, talkshow membahas seputar persiapan ekspor untuk UMKM yang memiliki green card (lolos kurasi dan siap ekspor). Selain itu, para narasumber juga menyampaikan terkait kriteria dan syarat produk yang harus dipenuhi agar produk itu bisa lolos kurasi. Acara expo dan talkshow ini merupakan kelanjutan dari Workshop Kurasi dan Naik Kelas UMKM, Goes to Export yang diselenggarakan oleh KERSA (Kerabat UMKM Solo Raya), binaan Bank Indonesia dan Solo bersama Fairindo dan Berlawalata Solo yang dilaksanakan di The Alana Hotel, Solo, pada hari Rabu, 10 Mei 2023. Dalam sesi talkshow, Yuni selaku perwakilan dari Bank Indonesia mengatakan bahwa UMKM yang lolos kurasi dan lanjut ke ekspor diharapkan bisa terus berlanjut untuk mendukung kemajuan UMKM.
Dalam talkshow ini dibuka sesi tanya
jawab agar peserta bisa lebih memahami bagaimana sistem ekspor nanti bersama
Fairindo dan Berlawalata. Pertanyaan pertama datang dari salah satu mahasiswa
UNS, yaitu Larissa dari program studi Hubungan Internasional
“Kalau ada barang yg tidak laku
setelah sampai prancis bagaimana?”
Pertanyaan tersebut dijawab oleh Mr. Mathieu, “Ketika ada barang yang tidak laku, tidak akan ada retur barang, karena akan ada shipping cost juga untuk pengembalian barang, sehingga akan memakan biaya yang lebih banyak. Jadi, kalau sudah lama tidak terjual, dari pihak Fairindo, penjualan barang akan diberlakukan diskon, yang tujuannya untuk menghabiskan barang, jadi akan diupayakan untuk dijual baik secara offline maupun online"
Kemudian, salah satu mahasiswa UNS
lainnya, yaitu Adit dari program studi Manajemen & Perdagangan UNS,
memberikan pertanyaan terkait bagaimana kriteria kurasi dan minimal quantity
untuk konsinyasi ekspor.
“Untuk kriteria kurasi, ada beberapa
hal. Yang pertama yaitu pasar yang kita tuju, dalam hal ini Perancis. Maka,
untuk produk yang bisa lolos adalah barang yang masuk untuk minat warga
Perancis. Selain itu, juga disesuaikan dengan peraturan ekspor negara yang
dituju. Yang kedua, kriteria secara umum, seperti warna. Biasanya, barang yang lolos
adalah barang yang warnanya tidak mencolok. Kemudian model barang, biasanya
akan dipilih barang dengan model yang tidak terlalu meriah, karena yang terlalu
meriah tidak bisa masuk di Perancis. Yang ketiga, dilihat dari kualitas barang,
contohnya; untuk kayu tidak bisa yang model glowing,
bisanya yg doff.”, jawab Ninik,
kurator dan founder Berlawalata.
Ninik juga menambahkan, untuk minimal quantity untuk proses konsinyasi, diserahkan kepada masing-masing UMKM. Nantinya akan disesuaikan dengan space di box container.
Untuk menjawab pertanyaan mengenai visualisasi dan pembayaran hasil penjualan yang ditanyakan oleh saudara Nugroho, Mr. Mathieu mengatakan, "Informasi dan situasi pasar akan ditampilkan di sosial media Fairindo, melalui akun instagram @fair.indo. Kemudian untuk pembayaran, biasanya hasil penjualan akan dibayarkan ke UMKM terkait dalam waktu triwulan, dan pasti ada laporan laporan penjualan tiap bulan."
Di Akhir sesi talkshow, dibacakan
UMKM yang lolos kurasi dan akan lanjut ekspor ke Perancis. Tercatat ada 14 UMKM
yang produk-produknya lolos dan jika sudah ada kesepakatan, barang-barang
mereka akan dikirim ke Perancis dalam satu kontainer pada tanggal 25 Juni 2023.
(Aufa)
0 Comments: