(Diskusi bersama Shafry, Ronny Agustinus, dan Eka pocer yang dipandu oleh Reda Gaudiamo/Dok. Riska Mastufah) |
Surakarta mengawali bulan Juli dengan menyambut festival literasi dan
pasar buku yang dicanangkan oleh komunitas Patjarmerah selama sembilan hari lamanya.
Berkisar antara tanggal 1-9 Juli 2023 yang bertepat di Ndalem Djojokoesoeman,
Kampung Gajahan. Acara ini diharapkan menjadi titik meningkatnya minat literasi
di kota Surakarta.
Patjarmerah sendiri merupakan komunitas dengan fokus literasi sebagai latar
belakangnya yang hadir di kota Jakarta. Festival literasi yang digaungkan
komunitas ini menjadi angin segar bagi literasi di Indonesia. Khususnya Kota
Solo, yang berperan sebagai tuan rumah festival tersebut untuk tahun ini.
Pendekatan yang dilakukan patjarmerah untuk menarik antusiasme warga Solo juga
beragam. Mulai dari branding
komunitas yang dilakukan dii media sosial, promosi yang menarik gen milenial
dan gen z untuk menaruh perhatian lebih pada literasi, dan serangkaian acara
yang disesuaikan dengan topik yang sedang hangat di jagat media sosial.
Festival literasi ini telah terjalin selama enam tahun sejak 2019 di
berbagai kota di Indonesia. Pertama kali hadir di Yogyakarta dan kemudian
bergeser ke kota-kota lainnya seperti Semarang, Bandung, Malang, hingga
Surabaya dan kini di Kota Surakarta. Festival literasi ini diharapkan menjadi
gerbang dalam memperkenalkan buku sehingga minat literasi di Kota Solo
meningkat.
“Harapannya,
teman-teman tidak buta akan huruf, lebih terbuka, dan lebih banyak membaca.”
Terang Helmy sebagai bagian dari komunitas Patjarmerah. Helmy sendiri juga
cukup mengkhawatirkan rendahnya literasi di Indonesia. Namun, Helmy dan
penggiat dari komunitas Patjarmerah sendiri tidak tutup mata terhadap fakta
tersebut sehingga tercetuslah komunitas literasi ini. “Meskipun akan sangat
sukar dikerjakan, tetapi untuk teman-temen milenial dan generasi z, jangan
terlalu terpaku pada media sosial atau media digital lainnya. Karena ada
kutipan dari seorang filsuf yang berbunyi “ketika semakin banyak alat yang
mempermudah kehidupan manusia, semakin banyak juga manusia yang tidak berguna.”
Jadi saya harap dengan ada kemudahan AI dan kemudahan digital itu tidak membuat
manusia-manusia Indonesia minim literasi.”
Acara yang diusung di festival literasi juga sangat beragam. Dari pasar
buku dengan penawaran menarik, diskusi-diskusi dengan penggiat literasi dan
penulis karya hingga aktivis-aktivis penggiat kegiatan sosial yang hadir
sebagai pemantik diskusi yang menarik. Salah satu kegiatan yang diusung ialah
diskusi mengenai buku anak dalam diskusi obrolpatjar minggu, 2 Juli 2023 hari
lalu. Patjarmerah turut menghadirkan rumah dongeng kinciria sebagai komunitas
penggiat literasi kepada anak dengan dongeng sebagai medianya.
(Diskusi dan penampilan dongeng dari rumah dongeng kinciria /Dok. Riska Mastufah)
Turut hadir Ronny Agustinus sebagai perwakilan
dari penerbit buku anak-anak Marjinkiri dan Eko Pocer yang juga menaruh
perhatian lebih pada penerbitan buku anak di Indonesia. Selain itu, acara
obralpatjar ini dipantik oleh Reda Gaudiamo sebagai aktivis penggiat literasi
di Indonesia.
Antusiasme warga Kota Solo dalam kurun waktu dua
hari ini cukup tinggi. Hal ini diungkapkan oleh panitia Patjarmerah sendiri.
“Antusias mereka patut diacungi jempol, sejak pukul dua kemarin hanya 300
orang. Sekarang sudah mencapai 600 orang hadir di sini. Peningkatannya hampir
50%, ternyata skala marketing yang kami jual ke teman-teman tidak gagal.”
Ungkap Helmy (23) selain warga Solo, festival literasi ini juga turut hadir
teman-teman yang berasal dari kota-kota lain seperti Yogyakarta, Semarang
hingga Kota Madiun. Hal ini mennadakan promosi yang ditenggarai Patjarmerah
sukses menarik perhatian pengunjung. (Riska)
0 Comments: