Sabtu, 22 Juni 2024

Mi amor

(Ilustrasi Cerpen Mi amor/Dok. Pinterest)

Oleh: Azra Talitha Athifa

Seorang pemuda tampak gelisah bergerak kesana kemari, sepertinya ia sedang bermimpi buruk. Lagi.  

“ARGHHHHHHH!!!!” Suara itu menjadi penghujung mimpi buruknya, membangunkannya secara paksa.

Sial, aku terbangun lagi! Rutuk pemuda itu.

Didudukannya tubuh bongsor itu dan bersandar pada kepala kasur. Diliriknya sekilas jam yang menunjukkan pukul 02.22 malam, ia pun mengerang frustasi. Hei, siapa yang tak kesal bila terus menerus mengalami mimpi buruk dan selalu terbangun ditengah malam? Itu sungguh menyebalkan dan menyeramkan kalau kalian mau tau.

“Sudah berapa kali aku terus mimpi buruk seperti ini?” Tanyanya entah pada siapa.

Lalu ia menggerakan jari jemarinya membuka  nakas kecil yang berada disamping tempat tidur, mengambil botol berukuran kecil berisi pil-pil obat berwarna putih.

“Bisa gila aku, kalau terus menerus meminum obat sialan ini!” tangannya bergerak pelan membuka penutup botol obat tadi dan mengeluarkan 7 pil berwarna putih didalamnya.

“Terbangun lagi, ya?” tanya sosok rapuh diujung ruangan, suaranya halus mendayu-dayu diantara dinginnya malam.

Dia, yang tadi hendak menenggak obatnya, terhenti seketika. Emosinya menguap entah kemana, tergantikan oleh senyum menawan yang masih bisa terlihat walau tak diterangi cahaya.

Dihempaskannya botol obat yang berada digenggamannya, hingga isinya berceceran di lantai. Tungkainya melangkah dengan pasti, tak dihiraukannya dinginnya lantai kamar. Dia hanya terfokus pada sosok rapuh diujung sana. Cintanya, kasihnya, dan selamanya akan seperti itu, entah hidup ataupun mati.

Direngkuhnya tubuh rapuh itu ke dalam dekapan hangatnya, sembari berkata, “Kamu seharusnya disana, di sebelahku. Di Tempat tidur,” terselip nada tak suka dibicaranya.

Dengan perlahan tubuh itu digiringnya menuju tempat tidur sambil sesekali dielusnya rambut hitam legam itu yang sayangnya tak seharum dan selembut dulu.

Didudukannya tubuh itu dengan perlahan-lahan, penuh dengan sarat akan cinta.

Dengan pelan namun pasti, sosok itu bergerak menghadap pemuda disebelahnya. “Terima kasih," ucapnya lirih.

Lalu setelah itu hanya keheningan serta angin malam yang menguasai diantara keduanya, saling larut dalam pikiran masing masing. Yang satu terlarut dalam cinta yang memabukkan, satu lagi terhanyut dalam ketidakpastian.

“Alex…” Akhirnya sosok rapuh itu yang pertama kali berinisiatif memulai percakapan, memanggil pemuda yang telah memapahnya ke sini.

“Hmm…” Alex hanya berdehem sambil terus menciumi tangan dingin yang berada di genggamannya.

“Aku cinta kamu, sampai kapan pun akan tetap seperti itu. Tapi, kamu harus keluar dari lingkaran ini, Alex. Kamu berhak untuk hidup lebih layak lagi, jangan seperti ini. Tolong Alex, tolong lepas—

“Nggak! Sampai kapan pun kamu itu milik aku. Kamu akan terus sama aku, nggak peduli kamu suka atau nggak. Keputusan aku nggak akan berubah,” Alex mengerang marah memaki sosok rapuh disampingnya.

“Aku butuh kamu, aku nggak bisa hidup tanpa kamu. Kamu dunia aku, kamu cahaya aku.”  Di cengkramnya dagu itu kuat kuat sampai buku kuku nya memutih. Mencoba memperingati lawan bicaranya.

Lalu setelahnya, direngkuh tubuh itu ke dalam dekapan hangat seorang Alex. Alex menangis dengan kencang di sana.

Disela-sela tangis Alex, sosok itu kembali bersuara.

“Kamu nggak cinta aku, Lex! Kamu itu jahat!”

“Aku mohon sama kamu, tolong lepaskan aku. Kuburkan aku dengan layak, Alex. Tempat aku bukan disini lagi, aku harus pulang ke peraduan, Lex. Aku bukan lagi Charlotte tunangan kamu. Kembalikan jasad aku ke tempat seharusnya, Lex.”

Alex melepaskan pelukannya dan mengerang marah ke arah Charlotte. Dijambaknya rambut Charlotte dengan kasar, kemudian dihempaskannya sampai-sampai tubuh Charlotte terhuyung jatuh.

Alex melangkah cepat mengambil gunting kecil yang berada di dalam kamar mandi kamarnya.  

Setelah kembali kehadapan Charlotte, Alex menarik dagu Charlotte agar ia menghadapnya.

Saat itu juga Charlotte kembali bersuara.

“AKU SUDAH MENINGGAL, ALEX!!! APA YANG KAMU LIHAT SEKARANG INI, HANYA HALUSINASI KAMU, ALEX!!”  suara Charlotte menggema, menyadarkan sosok pria dihadapannya.

Gunting yang berada ditangan Alex terjatuh begitu pula dengan cengkraman pada dagu Charlotte.

Alex memundurkan beberapa langkahnya kebelakang. Charlotte tampak berbeda, ia tak tampak seperti tunangannya yang selalu tampil cantik dengan bibir kemerahan yang selalu tersenyum lebar. Tapi digantikan dengan tubuh membiru dengan belatung belatung menggerogoti tubuhnya.

Alex yang melihat itu langsung menangis tersedu-sedu, tubuhnya terkulai lemah dilantai.

Tapi, tak lama suara tangisan itu tergantikan dengan suara tawa terbahak- bahak. Alex tertawa tanpa henti memegangi perutnya. Dan, kembali menghampiri tubuh Charlotte.

“Mau kamu nyata atau nggak, kamu akan tetap milik aku!” Tubuh Charlotte dipindahkan ke atas ranjang, dan dibelai nya muka charlotte dengan hati hati. Kemudian Alex mencium bibir Charlotte dengan penuh kasih sayang. Namun ciuman itu berubah menjadi ciuman panas sarat akan nafsu. Tangan Alex bergliriya di setiap jengkal tubuh Charlotte.

Ya, malam itu Alex menikmati sisa malam dengan bercinta dengan jasad tunangannya. 



SHARE THIS

0 Comments: