Rabu, 10 Juli 2024

Mengusung Tema Budaya, Mata Najwa Tunjukkan Eksistensinya di Kota Solo

         

(Potret diskusi terbuka para tokoh di ISI Surakarta pada Rabu, (10/7 / Dok. Asyahra)


Lpmvisi.com, Solo – Mata Najwa kembali ke Solo dengan menghadirkan beberapa tokoh dan seniman pada Rabu, 10 Juli 2024, di ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta. Acara tersebut berlangsung pada malam hari dengan tema Panggung Warisan Budaya. Selain Mata Najwa, acara ini didukung oleh Kemendikbud Ristek serta IHA (Indonesian Heritage Agency), dan berjalan dengan tertib serta mengesankan berkat kehadiran tokoh-tokoh senior dan ahli dalam bidang budaya.

Tokoh-tokoh yang turut berpartisipasi di panggung malam itu antara lain Najwa Shihab, Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan), Gusti Bhre, Eko Supriyanto (dosen ISI Surakarta), Waro (mahasiswa pedalangan ISI Surakarta), Ario Bayu (aktor perfilman), dan Hadirnya Didik Nini Thowok, seorang maestro terkenal. Acara dimulai dengan kuis-kuis kebudayaan diikuti pertunjukan tari oleh mahasiswa ISI Surakarta, yang kemudian disusul sambutan dari Rektor ISI Surakarta, Dr. I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum.

Sejak sore hari, halaman ISI Surakarta sudah dipadati oleh puluhan orang yang datang untuk menonton acara tersebut. Banyak di antara mereka tampil dengan gaya unik dan membawa barang-barang yang sesuai dengan tema acara, seperti batik sebagai simbol kebudayaan yang diusung kali ini. Antusiasme penonton terlihat dari panjangnya antrian di pintu masuk panggung acara. Penonton baru diperbolehkan masuk mulai pukul 18.00, dan kursi serta tempat duduk langsung dipenuhi oleh para tamu.


(Pertunjukan tari oleh Mahasiswa ISI Surakarta membawakan tari tentang keprajuritan Srikandi / Dok. Asyahra) 


(Rektor Institut Seni Indonesia Surakarta, Bapak Dr I Nyoman Sukerna, S.Kar., M.Hum. memberikan sambutan semangat pada penonton yang hadir / Dok. Asyahra)


Sebelum memasuki acara inti, penonton disambut oleh penampilan kolaborasi antara Eko Supriyanto dan Woro yang terlihat epik di panggung yang gemerlap. Eko sebagai dosen tari memadukan keluwesannya menari dengan Woro yang membawa suara indahnya sebagai wujud keahliannya mendalang. Tampilan Eko dan Woro merupakan salah satu output dari pendidikan formal di Institut Seni Indonesia Surakarta. Menunjukkan bahwa budaya tidaklah hanya orang tua saja yang menggemari bahkan menekuni tetapi juga kaum muda terkhusus perempuan.


(Kolaborasi antara Eko dan Woro dalam Panggung Warisan Budaya / Dok. Asyahra)


(Potret Woro sedang menunjukan keahliannya dalam bidang pedalangan / Dok. Asyahra)


Setelah beberapa penampilan dari ISI Surakarta, panggung sepenuhnya dipimpin Najwa Shihab selaku pembawa acara di Mata Najwa. Beliau menyapa penonton dengan beberapa patah kata perihal budaya di Solo. Budaya Solo tentu menarik karena ada ISI Surakarta, begitulah tutur katanya. Tak perlu panjang lebar Najwa Shihab atau yang lebih akrab disapa mbak Nana mempersilahkan beberapa tamu undangan seperti Hilmar Farid, Gusti Bhre, Eko Supriyanto, Waro, Ario Bayu serta penampilan Didik Nini Thowok. Diskusi berjalan lancar sebagaimana mbak Nana sebagai pembawa acara memberikan isu budaya yang sedang hangat lalu para tamu undangan memberikan tanggapannya.


(Potret Najwa Shihab menjadi pembawa acara / Dok. Asyahra)


(Potret para tamu undangan sedang berdiskusi terkait warisan budaya sekarang / Dok. Asyahra)


Melihat tema acara yang dibahas, diskusi berlangsung membahas warisan budaya Indonesia yang sangat kaya serta inovasi di masa depan. Mbak Nana juga memperlihatkan beberapa tayangan terkait warisan budaya yang bisa berupa benda tak berwujud seperti lagu, makanan, dan tarian khas, maupun berwujud seperti museum. Diskusi dimulai dengan pertanyaan dari Mbak Nana tentang bagaimana menghadapi tantangan museum yang jarang dikunjungi oleh masyarakat, terutama anak muda, serta inovasi apa yang perlu dilakukan kedepannya. 


Dalam tanggapan dari Dirjen Kemdikbud Ristek, Gusti Bhre dari Mangkunegaran, Eko dan Woro sebagai pelaku budaya, serta Ario Bayu sebagai pelaku seni perfilman, disimpulkan bahwa warisan budaya tidak akan pernah padam. Museum dan warisan budaya lain yang dulunya sepi kini diyakini akan semakin ramai berkat inovasi yang terus berkembang. Kemendikbud Ristek, melalui Indonesia Heritage Agency (IHA), telah menciptakan beberapa inovasi untuk mempromosikan dan meningkatkan kunjungan ke warisan budaya. Harapannya, anak muda tidak hanya datang untuk berfoto, tetapi juga untuk memperdalam pengetahuan mereka sendiri.



(Didik Nini Thowok saat ditanya oleh Najwa Shihab setelah performance / Dok. Asyahra)


(Kolaborasi 3 pelakon seni budaya Didik, Eko dan Woro dalam satu frame / Dok. Asyahra)


(Sesi foto bersama para tamu undangan yang hadir disertai gaya tangan yang ikonik / Dok. Asyahra)


Acara ditutup dengan kolaborasi penampilan dari Didik Nini Thowok, Eko serta Woro. Mereka menari di atas panggung sambil berjalan ke tengah menarik penonton untuk ikut menari di atas. Singkatnya secara resmi acara ditutup dengan swafoto mbak Nana dengan para tamu undangan serta para penonton. (Asyahra)




SHARE THIS

0 Comments: