(Potret mahasiswa sedang berorasi disaksikan oleh puluhan massa lainnya di Bundaran Gladak, Solo pada Kamis, 22 Agustus 2024. Dok. / Asyahra) |
Lpmvisi. com, Solo — Indonesia sedang mengalami situasi yang kurang kondusif, di mana seluruh elemen rakyat turut serta memperjuangkan hak-haknya sebagai negara yang berdemokrasi. Aksi demonstrasi terjadi di berbagai penjuru kota, semata-mata demi kepentingan bersama. Solo menjadi salah satu kota di mana mahasiswa dan rakyat bersatu dalam aksi tersebut. Aksi ini dilaksanakan pada Kamis, 22 Agustus 2024, dengan puluhan massa memenuhi jalanan dari arah Gladak hingga Balaikota Surakarta. Aksi dimulai dengan pengumpulan massa di Galabo Solo pada pukul 12.30, kemudian dilanjutkan dengan berjalan menuju bundaran Gladak. Di titik inilah mahasiswa dan rakyat bersatu, menyuarakan orasi tentang ketidakadilan yang dilakukan oleh para penguasa negara.
Negara tidak henti-hentinya menyalakan kemarahan rakyat, dimulai dengan putusan MK terhadap batas umur calon wakil gubernur akan tetap 30 tahun atau turun. menjadi 25 tahun. Hal tersebut erat hubungannya dengan Kaesang yang sedang mencalonkan dirinya sebagai cawagub (calon wakil gubernur). Akan tetapi, usia Kaesang baru 29 tahun yang mana belum bisa cukup untuk berpartisipasi dalam pilkada. Demikian halnya dengan putusan MK terhadap minimal partai politik dalam mengusung calonnya dalam pilkada adalah sebesar 20% diturunkan menjadi 7,5%. Hal tersebut merujuk pada Anies yang bisa maju pilkada tanpa partai dukungan setelah partai koalisinya meninggalkannya untuk mendukung Ridwan Kamil. Kendati demikian, kita bisa tahu secara pasti siapa yang akan menang jika calon yang maju secara independen dengan calon yang maju secara berkoalisi. Peristiwa ini secara terang-terangan semua orang tahu bahwasanya putusan tersebut terkesan tidak adil dan nepotisme dengan situasi yang sangat pas.
Maka dari itu, di bawah terik matahari, mahasiswa dari berbagai instansi berkumpul menjadi satu Beberapa di antaranya berasal dari Universitas Sebelas Maret (UNS), UIN Raden Mas Said Surakarta, IIM Surakarta, Universitas Slamet Riyadi dan lembaga di luar kampus serta masyarakat sipil. Orasi terus didengungkan dan silih berganti membangunkan jiwa semangat para demonstran. Terus tanpa henti menggemakan berbagai seruan dan nyanyian, seolah-olah semua harus tahu akan kebusukan para penguasa bangsa yang tak pernah cukup. Mengubah peraturan seenak jidat demi kepentingan keluarga, serta merta menggendong anak-anaknya maju tanpa mengindahkan konstitusi.
(Beragam warna almamater kampus asal memenuhi jalanan menuju Balaikota Solo. Dok / Asyahra) |
(Beberapa spanduk suara-suara hati rakyat yang tergeletak di depan Balaikota Solo. Dok / Asyahra) |
Akan sampai kapan dibiarkan seperti ini?
Mereka mengerti, tapi memilih acuh tak acuh serta tenggelam dalam nikmatnya kekuasaan. Rakyat telah muak dan marah dengan apa yang terjadi. Pada kali ini, semua elemen bersatu padu, berorasi menyampaikan apa yang menjadi keresahan dan meminta kebijakan seadil-adilnya. Meski pada akhirnya setelah panjangnya durasi demo, revisi UU Pilkada tidak diteruskan. Harapannya tetap terus dikawal kasus ini sampai benar-benar mutlak adanya surat resmi. Kita tak perlu takut mereka-mereka yang berkuasa akan berulah kembali. Kita hanya perlu waspada dan fokus terhadap apa yang menjadi permasalahan. Demi bangsa kita berjuang, perjuangan tanpa aksi itu hanyalah palsu, suarakan sampai benar-benar tersampaikan dan tuntas. (Asyahra)
0 Comments: