![]() |
(Sampul film Alice in Borderland / Dok. Internet) |
Sebenarnya, kedua serial ini memiliki konsep yang serupa, yaitu para peserta yang dipaksa untuk memainkan permainan yang berisiko tinggi dengan aturan ketat, di mana kegagalan berujung kematian. Dalam Squid Game 2, permainannya memang mematikan, tetapi para peserta juga dihadapkan oleh tekanan psikologis dan dinamika sosial yang ada. Sementara itu di dalam Alice in Borderland, permainan yang ada cenderung lebih mematikan dan menegangkan. Ketegangan ini disertai dengan teka-teki dan misteri yang harus dipecahkan oleh para peserta. Hal ini lah yang membuat para penggemar membandingkan kedua serial ini.
Cerita dalam serial Alice in Borderland berfokus pada Arisu (Kento Yamazaki), seorang pemuda yang merasa hidupnya kosong dan tidak berarti. Suatu hari, Arisu bersama kedua temannya, Karube (Keita Machida) dan Chouta (Yuki Morinaga), mendapati diri mereka berada di dunia alternatif yang mirip dengan kota Tokyo, tetapi kosong tanpa penghuni. Mereka dengan cepat mengetahui bahwa mereka dipaksa untuk bermain dalam serangkaian permainan mengerikan. Setiap permainan memiliki simbol berupa kartu remi yang memiliki makna berbeda-beda seperti Sekop (Kekuatan), Hati (Kesetiaan), Keriting (Kerja sama), dan Diamond (Kecerdasan).
![]() |
(Chouta, Arisu, dan Karube / Dok. Pinterest) |
Kento Yamazaki berhasil membawa karakter Arisu hidup dengan sangat baik. Di tengah cerita, Arisu mengalami keputusasaan karena konflik yang ada. Namun, seiring dengan berjalannya cerita, Arisu mulai menemukan kekuatan dalam dirinya untuk bertahan hidup dan terus bermain. Penampilan Yamazaki memberikan kedalaman karakter yang rapuh tetapi juga cerdas. Selain itu, Arisu juga bertemu dengan Usagi (Tao Tsuchiya) yang memiliki karakter tangguh dan penuh misteri. Pertemuan mereka cukup menarik karena di tengah dunia yang dipenuhi ancaman, karakter mereka dapat melengkapi satu sama lain.
Alur cerita yang berfokus pada perjuangan bertahan hidup dan mencari kebenaran ini tidak jauh berbeda dengan alur cerita dari serial serupa. Setiap permainan yang dihadapi oleh para pemain dipenuhi dengan bahaya dan ketegangan dari interaksi antar karakter, apalagi ditambah dengan latar yang suram cukup menambah keseruan. Namun, beberapa bagian dari alur cerita terasa berjalan sangat lambat dan membosankan. Meskipun begitu, cerita ini tetap menarik rasa keingintahuan para penonton untuk terus memperhatikan dan menebak-nebak plot dari cerita.
![]() |
(Suasana Tokyo yang lengang / Dok. Pinterest) |
Terlepas dari alur cerita, sinematografi dari serial Alice in Borderland ini patut diacungi jempol. Adegan-adegan kota Tokyo yang kosong tanpa penghuni dengan latar belakang yang gelap dan menyeramkan memberikan atmosfer yang cocok untuk cerita yang mencekam ini. Pergerakan kamera yang dinamis dan pencahayaan yang dramatis menambah nuansa ketegangan yang ada. Penggunaan CGI (Computer-Generated Imagery) yang tidak berlebihan dan efektif dalam menggambarkan kota Tokyo tanpa penghuni, suram, dan mencekam, serta efek visual dari permainan-permainan yang ada cukup mengesankan.
Serial ini mengajak penonton untuk merenungkan arti kehidupan, ketahanan mental, dan kebersamaan. Karakter Arisu yang setia mencari makna hidupnya mengajarkan kita untuk menemukan tujuan hidup dan alasan untuk terus bertahan di dunia yang penuh ketidakpastian ini. Selain itu, para karakter kerap memilih bangkit dari keputusasaan, lalu melanjutkan permainan meski tau risiko yang mereka hadapi menentukan esok harinya mereka akan hidup atau mati. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu berani dalam menghadapi tantangan dan mengatakan bahwa kehidupan adalah tentang proses membuat pilihan dan bertanggung jawab akan pilihan tersebut. (Indah)
0 Komentar