Lpmvisi.com, Solo - Himpunan Mahasiswa Sosiologi (Himasos) FISIP UNS menggelar acara perdana bertajuk Akar Rumput pada Senin (25/11/2024) di Hutan FISIP UNS. Mengangkat tema Toxic Relationship, acara ini memadukan diskusi sosial dan seni sebagai media untuk menyuarakan isu-isu yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Raffi (22) selaku ketua pelaksana mengungkapkan bahwa Akar Rumput dirancang sebagai ruang dialog sekaligus ajang kebersamaan. “Acara ini bukan hanya diskusi, tetapi juga wadah untuk mengekspresikan isu sosial. Kami sengaja mengemasnya dengan sentuhan seni agar tidak monoton. Tema Toxic Relationship dipilih karena dekat dengan kehidupan mahasiswa, dan kami ingin menarik perhatian lebih dulu sebelum membahas topik yang lebih berat,” jelasnya.
Salah satu daya tarik acara ini adalah penampilan karya seni mahasiswa berupa lukisan bertema Toxic Relationship. Fathan (20) menjelaskan makna karyanya, yang menggambarkan seseorang memakai masker gas untuk melindungi diri dari toksisitas hubungan. “Ini bentuk ekspresi saya terhadap tema yang diangkat. Saya senang ada acara seperti ini yang memberi ruang bebas tanpa batasan formal untuk berpartisipasi,” ujarnya.
Salah satu peserta, Avita (20), mengaku mendapat wawasan baru dari diskusi tersebut. "Saya mendapat insight baru, dan acaranya berlangsung seru," ungkapnya. Meski mendapat banyak apresiasi, beberapa peserta memberikan masukan untuk pengembangan acara. “Acara ini sangat menarik tetapi alur acaranya agak membingungkan, jadi harapannya ke depan acara ini bisa lebih terkonsep dan menghadirkan pembicara eksternal agar perspektifnya lebih luas,” ujarnya.
Selain itu, diskusi dalam acara ini diperkaya dengan kontribusi dosen yang memberikan sudut pandang berbasis teori sosiologi. Peserta diajak memahami fenomena toxic relationship tidak hanya dari pengalaman pribadi tetapi juga dari perspektif akademis.
Kegiatan ini ditutup dengan refleksi bersama dan dokumentasi bersama. Himasos FISIP UNS berharap diskusi seperti ini dapat terus berlanjut di masa mendatang sebagai upaya menciptakan kesadaran kritis di kalangan mahasiswa. Selain itu, Akar Rumput bisa menjadi agenda tahunan dengan format yang lebih matang dan menjangkau masyarakat luas. “Kami ingin acara ini tidak hanya menjadi ruang diskusi di lingkungan kampus, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat umum,” tutup Raffi. Farah Eka